Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Minggu, Februari 01, 2009

siang,,,di jalanan itu....

persahabatan bagai kepeompong,,,mengubah ulat menjadi kupu-kupu....

begitu selarik lagu yang terdengar saat sepeda motor yang aku boncengi berhenti di daerah lampu merah kemarin siang..
ya, ada sepasang pengamen kecil yang sedang manyanyikannya, sepertinya dua orang sahabat kecil. mereka menyanyi dengan senyum yang masih 'nangkring' di bibir mungil mereka. belum. mereka belum mendapat tempat untuk ngamen waktu itu. jadi, sambil menunggu bis mereka menyanyikan lagu itu sambil sesekali bermain kapal-kapalan di selokan yang waktu airnya cukup luber karena baru saja turun hujan....

ah, aku hanya tersenyum. melihat mereka dari sisiku sini. dari mataku dan dari sudut pandangku di sini. ada sedikit rasa miris di hati. psalnya, jam itu harusnya mereka ada di bangku sekolah, bukan keluyuran mencari rezeki yang mungkin Tuhan selipkan di bis-bis atau angkutan umum lainnya. entah sudah seperti apa negaraku ini, padahal jelas sekali tertera dalam pasalnya bahwa anak-anak seperti mereka adalah tanggungan pemerintah....Indonesia, oh Indonesiaku...

senyum mereka masih terlalu polos. belum mengerti dunia yang begitu kejamnya. ah, bukan, jangan-jangan mereka malah lebih mengerti kehidupan daripada aku yang kelaman duduk dan memakan materi dari teman kanak-kanak sampai mahasiswa sekarang...

motorku berjalan lagi, dan aku mendapati sepasang kekasih yang begitu mesranya. meski usia sudah senja dan menua. mereka sepasang kakek-nenek yang sedang berboncengan. sang nenek menyuapi kakek yang sedang mengemudikan motor. bukan, aku tak ingin melihat bahwa apa yang mereka lakukan mungkin bisa menyebabkan kecelakaan, tapi kemesraan yang mereka tampilkan sungguh membuatku berpikir bahwa cinta yang dimiliki sepasang kekasih yangs sejati akan mampu tergambarkan begitu indahnya. bahkan olehku, yang hanya sebagai penikmat saja. usia yang menua,,tapi cinta tetap remaja....sang kakek tersenyum senang dengan suapan nenek, sedang sang nenek tersenyum malu. munkin malu dengan orang-orang yang ramai berlalu-lalang di jalanan.

ah, siang itu di jalanan. banyak yang kudapat sebagai pengalaman kehidupan....

1 komentar:

Anonim mengatakan...

persahabatan itu bagai kedondong, ada ulatnya dan juga kupu-kupu.
mbok blogmu di kasih aksesoris gitu biar tambah nakal kayak tanganmu itu......