Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Jumat, Januari 22, 2010

MIMPI....

Letak mimpi itu hanya 5 cm di atas kepala kita. Begitu dekat.
Tinggal kita ingin meraihnya atau tidak....

Pada sebuah buku yang pernah saya baca ada ungkapan seperti di atas. Tidak sama persis memang, tetapi secara substansial seperti itulah perasan cerita yang ingin disampaikan oleh penulis buku. Tentang sebuah mimpi sekumpulan anak muda yang ingin menaklukkan gunung tertinggi di Jawa, Semeru. Pemuda-pemuda yang berkumpul dalam sebuah hubungan persahabatan dan berminat untuk menginjakkan kaki mereka bersama-sama dan merasakan belaian angin pada puncak Semeru. Tidak ada yang membuat mereka begitu antusias untuk menaklukkan Semeru selain mereka ingin merasakan suasana yang berbeda di puncak gunung tertinggi di Jawa itu. Keluar dari kebiasaan mereka yang suka ‘nongkrong’ di tempat kesayangan mereka atau ‘ngobrol’ dan menikmati malam di rumah salah satu dari mereka.
Mereka sampai pada puncak Semeru. Dengan kemampuan pendakian yang sangat kurang mereka bisa menikmati dingginnya angin Semeru bersama-sama tanpa kehilangan satu kawan di antara mereka. Awalnya, medan Semeru yang belum dikenal cukup membuat mereka kecil hati untuk mencapai puncak. Tetapi mereka memiliki mimpi yang begitu kuat untuk sampai pada puncak Semeru. Mereka berhasil mewujudkan ‘mimpi gila’ milik mereka .
Dan kita, apakah memiliki ‘mimpi gila’ seperti itu? Manusia normal memiliki banyak mimpi dan keinginan yang ingin mereka wujudkan. Ini adalah salah satu fitrah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk membedakannya dengan makhluk lain bernama Malaikat. Manusia berkehendak agar ia bisa semakin membuat hidupnya lebih hidup. Bayangkan saja jika manusia hidup stagnan dan menerima hidupnya yang sekarang tanpa ada keinginan untuk bergerak maju. Kemandegan. Itulah sebuah keniscayaan yang akan terjadi. Bermimpi, berkeinginan, berkehendak bukanlah sebuah pembelotan atas sifat qonaah (‘nrimo’, bahasa Jawa). Mimpilah yang membuat manusia mampu berbuat untuk perubahan-perubahan yang lebih baik. Tentu saja mimpi pun membutuhkan sebuah penyaluran dan dikondisikan dengan apik agar bukan kerusakan yang dihadirkannya, melainkan sebuah kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Pada sebuah film karya anak negeri pun digambarkan bagaimana dahsyatnya kekuatan sebuah mimpi. Mimpi mengantarkan pada lorong-lorong kecil Eropa dan membuat si tokoh dalam film tersebut berhasil mengecap nikmatnya ilmu pengetahuan yang ada di seberang lautan dan pulau yang sangat jauh. Tempat yang sebelumnya hanya tertulis di papan tulis sekolah mereka. Universitas yang hanya mampu mereka lisankan namanya dengan penuh keinginan untuk memasukinya. Akhirnya mereka merasakannya, kenikmatan atas mimpi-mimpi yang berani mereka susun dengan pikiran mereka sendiri.
***
Mimpi. Berbicara tentang mimpi akan membuat kita membicarakan peradaban yang tercipta karenanya. Pada peradaban manausia yang terbentuk karena kekuatan mimpi yang dimiliki oleh manusia pada masing-masing zamannya. Bagaimana Islam pada masa keemasannya mampu memeluk peradaban Andalusia dan eropa adalah karena mimpi yang disertai usaha keras sang khalifah pada masa itu. Bagaimana Jepang mampu menjadi saingan utama Amerika Serikat dalam perdagangan alat elektronik di dunia adalah beraninya mereka bermimpi, berani berkeinginan atas hidup mereka. Berani menyertai mimpi mereka dengan usaha tiada henti hingga mereka mampu mewujudkan mimpi dan keinginan tersebut.