Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Jumat, Maret 25, 2011

Analisis Kritis Novel Perempuan Berkalung Sorban: Sebuah Pendekatan Feminisme Sastra


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra sebagai salah satu produk sebuah kebudayaan dapat dikatakan sebagai cerminan dari masyarakat tempat karya sastra itu lahir. Sebuah penelitian yang membicarakan tentang maju tidaknya atau tinggi rendahnya sebuah kebudayaan tidak hanya ditilik dari karya-karya atau tulisan ilmiah yang dihasilkannya. Tetapi, penilaian tentang hal tersebut dapat juga dilakukan dengan melihat karya-karya sastra yang dihasilkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Kita tidak perlu harus terjun masuk ke dalam masyarakat untuk mengetahui kebudayaan suatu masyarakat. Penelitian dapat dilakukan dengan cara menggali karya-karya fiksi, seperti buku-buku sastra atau novel. Hal inilah yang membuat perkembangan sastra tidak bisa dipisahkan dengan pola kehidupan dan pola pikir masyarakatnya. Cara masyarakat untuk hidup dan bertingkah laku dalam kehidupan sosial mereka bisa sangat mempengaruhi seorang penulis dalam merefleksikan pemikirannya tentang suatu masalah yang kemudian bisa diwujudkan dalam suatu kreasi yang kemudian layak disebut sebagai suatu karya sastra. Dan hal yang serupa juga terjadi pada perkembangan sastra di Indonesia.
Dalam perkembangannya, Abidah Al Khalieqy merupakan satu nama yang menghiasi jejak sastra di tanah air. Lewat karyanya, Abidah melukis kisah wanita dengan aneka perlawanannya terhadap budaya patriarki yang menurutnya masih terasa kental di negeri ini. Karya perdana yang dibukukan pada 2001 mengambil judul Perempuan Berkalung Sorban. Novel ini dinilai sebagai bentuk perjuangan yang bisa dilakukan oleh seorang penulis wanita untuk meningkatkan kedudukan kaumnya.
Novel Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuah novel yang berbingkai feminisme. Perspektif feminisme lebih mengarah pada karya sastra yang ditulis perempuan sekaligus menampilkan tokoh perempuan dengan berbagai masalahnya. Perspektif dimaksud tidak semata-mata memandang novel dari kacamata estetika, tetapi juga memfokuskan kajian pada makna dan hubungannya dengan realitas sosial dan budaya.
Novel Perempuan Berkalung Sorban memiliki kandungan ekspresi dan konsistensi fiksional untuk mengutuhkan kepribadian, kecerdasan, dan keyakinan tokoh perempuan di dalamnya. Pengutuhan itu bukan saja terbaca dari latar sosial tokohnya, Annisa, tetapi juga emansipasi pemikiran dan keberaniannya untuk melawan dominasi dan diskriminasi tokoh-tokoh antagonis yang bersifat patriarkis. Penggambaran posisi dan sikap tokoh perempuan tersebut juga mencerminkan adanya upaya untuk menanggapi dan mencari solusi terhadap masalah gender yang ditimbulkan oleh ketidakadilan sosial dan budaya di sekitar tokoh itu berada.
Inilah yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji novel Perempuan Berkalung Surban dengan judul Analisis Kritis Novel Perempuan Berkalung Sorban: Sebuah Pendekatan Feminisme Sastra.

Wanita ini dan laki-laki itu

Suatu kali bercerita seorang laki-laki tentang wanita ini,
Dia, si wanita adalah gadis yang menjadi senjanya ….

“Dialah wanita itu,,
Yang mencintaiku dengan begitu sederhana,
Dia hanya tersenyum melihat nakalku,
Dia hanya akan nyengir sambil memegang dadanya,
Tepatnya di arah jantungnya, jika ia mengingat salahku …

Dia wanita itu,,
Yang selalu melakukan hal sama
Sehingga aku bisa cepat menghapal tingkahnya,,
Tapi aku selalu sulit menebaknya,,
Ketika kupikir seharusnya ia marah karena semua wanita biasanya marah,
Dia hanya tersenyum tenang dengan mata teduh yang ia tujukan padaku…
Terkadang sambil menggelengkan kepala pelan ke arahku yang telah berbuat salah …

Dia wanita itu,
Yang terkadang ingin sekali kulihat ia marah karena semua ulahku,
Tapi aku juga merasa takut jika ia benar marah padaku …
Apa jadinya jika wanita teduh itu benar begitu?

Kamis, Maret 24, 2011

Hidup,,, Adakah sebuah kebetulan?

Apakah kamu mengira bahwa hidup ini adalah sebuah kebetulan? Pertemuanku denganmu, pertemuanmu dengan mereka. Pertemuanku dengannya dan pertemuan antarkita yang saling bersinggungan? Kalau benar hidup ini adalah sebuah kebetulan. Bukankah ini adalah sebuah kebetulan yang indah dan begitu sempurna?
Dari pertemuanku denganmu, aku dapat mengenali dirimu sekaligus semakin mengerti diriku. Dari pertemuanku dengan dia dan mereka, aku mendapatkan pengalaman hidup yang luar biasa. Banyak kisah yang kemudian tercipta. Rangkaiannya membuat alur tidak lagi datar dan biasa-biasa saja. Ada masalah yang kemudian menuju klimaksnya dan diakhiri dengan penyelesaian yang tepat meski terkadang tidak sempurna dalam pandangan beberapa manusia. Klimaks dengan resolusi yang ditutup dengan akhir sedih atau gembira. Sad or happy ending.

Selasa, Maret 15, 2011

kegelisahanku yang masih saja datang

jenuh aku dengan diriku sendiri,,
pertanyaan tentang diriku,,jawaban untuk diriku.
lalu kemana dia dan mereka,,
apa sudah tidak ada ruang bagiku untuk memikirkan mereka,
seperti berada pada terali besi yang memasungku dalam keadaan tak bernyawa,,

ah,,aku hilang bentuk...
remuk,,
idealisme dan mimpi-mimpi besar itu masih kugadang dengan sangat baik,,
tapi seperti terbentur pada realitas yang ada,,

serpihan masih kukumpulkan dan berharap mimpi-mimpi besar itu mampu kuwujudkan,,
ini tentang kegelisahanku yang masih harus ketemukan jawaban .........