Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Selasa, Juli 03, 2012

Bergeraklah (karena aku suka dengan kata itu)


Tulisan ini mungkin sekali adalah bentuk kemarahan yang tidak bisa kusalurkan begitu saja hanya dengan berteriak atau mengumpat, atau bahkan hanya dengan menghancurkan sesuatu. Tulisan ini adalah bentuk kekecewaan yang menumpuk terus menerus dan lama-kelamaan menggunung. Kekecewaan yang menumpuk dalam hatiku sehingga tangan ini ingin sekali menumpahkannya. Kekecewaan terhadap almamaterku, terhadap kampus yang kukenal dan telah menempaku, yang telah memberiku gelar mahasiswa.
Kegeraman langsung memenuhi hati dan pikiranku saat menerima pesan pendek dari seorang kawan. Bahwa IOM telah benar-benar dibekukan dan sekarang berlaku Uang Kuliah Tunggal (UKT). Sistem yang baru ini membuat mahasiswa harus membayar besaran uang yang lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Alasan pimpinan kampus karena mereka telah menghampus dana Biaya Pembangunan Infrastruktur (BPI) dan Iuran Orang Tua Mahasiswa (IOM), maka wajar jika mereka (mahasiswa) harus membayar uang yang lebih besar per semesternya. Alasan yang menurutku hanya untuk membodohi mahasiswa agar mahasiswa juga berpikir ‘wajar’ jika mereka harus membayar uang semester yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Ada beberapa pertanyaan tentang kebijakan baru yang akan mulai diberlakukan semester depan itu. pertama, sampai sekarang belum ada ketuntasan mengenai masalah IOM. Bahkan, saya yakin masih banyak mahasiswa angkatan tua yang belum lunas membayar IOM. Jika IOM dibekukan begitu saja tanpa adanya ketuntasan, pasti akan terjadi kesimpangsiuran dan ketimpangan dalam pelaksanaan kebijakan ini. apakah pimpinan kampus yang terhormat sudah siap untuk memecahkan masalah ini? solusi apa yang nanti akan ditelurkan mengenai hal tersebut. Apakah angkatan tua yang belum membayar IOM ini akan diberi sertifikat ‘gratis’ tanpa membayar IOM? Lalu di mana konsep adil yang dikoar-koarkan? Kalau mereka harus membayar IOM, siapakah yang nanti akan mengurus uang-uang tersebut? Bukankah dibekukannya IOM berarti pengurusnya pun juga ikut mati? Apakah uang-uang tersebut akan langsung masuk saja ke kantong-kantong fakultas? Lalu bagaimana transparansinya? Apakah pimpinan fakultas mampu menjanjikan adanya transparansi dana IOM tersebut? Ah, saya yakin bahwa fakultas tidak akan mampu mewujudkan transparansi tersebut. Bukan pesimis, tapi selama ini fakultas tidak pernah menyampaikan transparansi uang IOM, bahkan kepada mahasiswa yang telah membayarnya.
Lihatlah, begitu banyak pertanyaan untuk masalah pertama. Pertanyaan-pertanyaan yang sama juga berlaku untuk dana BPI. Beberapa mahasiswa yang masih mengajukan keringanan dana BPI juga belum kelar untuk hal tersebut. Lalu, bagaimana nasib mereka?
Kedua, besaran biaya yang harus dibayar mahasiswa per semester menjadi lebih besar daripada jumlah sebelumnya, saat mahasiswa masih dibebani dengan biaya yang dirinci menjadi SPP, BPI, dan IOM. Jika kebijakan baru ini berlaku, maka mahasiswa perlu membayar uang per semester 2,2 juta (misalnya) kepada kampus. Jika mereka harus menjalani 8 semester, maka jumlah yang harus dibayar kepada kampus adalah 17,6 juta. Tapi jika mereka mambayar dengan rincian SPP, IOM, dan BPI, mereka bisa membayar lebih kecil dari itu. jika SPP=1,1 juta, IOM=1 juta (sekali selama kuliah), BPI=1,5 juta (sekali selama kuliah), maka selama 8 semester mereka akan membayar 11,3 juta. Saya pikir selisih angka di atas cukup jauh dan cukup mencekik mahasiswa ekonomi bawah. Hitung-hitungan di atas jika kita menghitung pengeluaran untuk mahasiswa reguler, lalu bagaimana dengan mahasiswa yang kuiah melalui jalur swadana atau mahasiswa yang mungki sekali mengalami kendala dan harus kuliah selama lebih dari 8 semester? Kalau begini, masihkan kita sebut kampus UNS sebagai kampus wong cilik? Pertanyaan besar untuk dijawab!
Ketiga, bahwa berlakunya UKT dan dihapuskannya IOM secara resmi berarti ikut mematikan kegiatan mahasiswa. Masalah ketiga inilah yang mungkin sekali menjadi penyebab terbesar kemarahan saya atas kebijakan baru ini. Dari dulu, IOM selalu menjadi tempat berlari mahasiswa jika fakultas tidak berkenan mencairkan dana untuk proposal kegiatan mahasiswa. Maka, tidak terbayang jika IOM dibekukan dan seluruh pendanaan diurusi oleh fakultas. Jika sikap fakultas terhadap kegiatan mahasiswa masih sama dengan sekarang, maka tinggal menunggu saja waktu untuk kematian gerakan mahasiswa di kampus ini.
IOM adalah iuran orang tua mahasiswa. Dana tersebut harusnya memang diolah untuk kemakmuran mahasiswa karena berasal dari kantong-kantong orang tua mahasiswa secara pribadi. Jika uang tersebut hanya membuat kantong petinggi kampus menjadi lebih tebal, maka wajar jika mahasiswa mempertanyakannya. Tetapi jika fakultas menjawab pertanyaan tersebut dengan membekukan IOM lalu mengalihkan pengeluaran orang tua mahasiswa dengan nama lain agar tidak menjadi pertanyaan mahasiswa, maka mahasiswa harus punya cara sendiri untuk mendapatkan jawaban tersebut.
Kawan-kawan yang bergerak aktif dalam gerakan apapun dalam kampus harusnya mempertanyakan kebijakan baru tersebut. Jika mereka diam saja dan dengan ikhlas hati menyetujui pelaksanaan kebijakan baru tersebut adalah sebuah pukulan besar atas gerakan mahasiswa terdahulu. Jika demikan yang berlaku, maka jangan pernah bermimpi akan hadir sebuah kondisi yang ideal dalam kampus! Yang ada hanyalah anak-anak manis seperti siswa sekolah dasar yang selalu menurut perintah guru karena memang belum tahu apa-apa untuk menentukan sikap.
Saya merasakan kegeraman yang sangat. Kemarahan yang terus saja bertambah jika membayangkan kondisi yang demikian akan benar-benar menimpa gerakan mahasiswa di kampus ini. Sangat memprihatinkan, sangat memalukan! Jika mereka yang ada di luar, yang sibuk belajar tidak tahu, maka tugas kalian untuk memberitahu. Jika mereka tidak paham dengan kondisi yang demikian kritis di kampus ini, maka kalianlah yang harus memberikan sebuah pemahaman!!! Bukankah kita harus ingat bahwa kita sebagai kaum terpelajar harus mulai bertindak adil mulai dari dalam pikiran?
Ayolah, kawan! Kalian yang harus memulai gerakan itu.....


25 Juni 2012
pada suatu siang di tanah kelahiran

Tidak ada komentar: