Suatu kali bercerita seorang laki-laki tentang wanita ini,
Dia, si wanita adalah gadis yang menjadi senjanya ….
“Dialah wanita itu,,
Yang mencintaiku dengan begitu sederhana,
Dia hanya tersenyum melihat nakalku,
Dia hanya akan nyengir sambil memegang dadanya,
Tepatnya di arah jantungnya, jika ia mengingat salahku …
Dia wanita itu,,
Yang selalu melakukan hal sama
Sehingga aku bisa cepat menghapal tingkahnya,,
Tapi aku selalu sulit menebaknya,,
Ketika kupikir seharusnya ia marah karena semua wanita biasanya marah,
Dia hanya tersenyum tenang dengan mata teduh yang ia tujukan padaku…
Terkadang sambil menggelengkan kepala pelan ke arahku yang telah berbuat salah …
Dia wanita itu,
Yang terkadang ingin sekali kulihat ia marah karena semua ulahku,
Tapi aku juga merasa takut jika ia benar marah padaku …
Apa jadinya jika wanita teduh itu benar begitu?
Dia wanita itu,
Yang selalu khawatir jika tak ada kabar dariku,
Tapi dia selalu bisa menahan rindu,
Selaksa rindu yang ia tumpahkan padaku ketika kami bertemu,
Meski tanpa peluk dan cium haru,
hanya lewat matanya saja kurasa itu,,
Dia selalu saja menunggu datangku,,
Menunggu cerita yang keluar dari bibirku tentang perjalanan jauhku,,
Dia adalah wanita itu,
Yang meski terlihat kuat,
Ia begitu suka bersandar di dadaku
Sambil mendengarkan detak jantungku”
lalu, bercerita wanita itu tentang laki-laki ini,
laki-laki yang menjadi jingga dalam senjanya ….
“Dialah laki-laki itu,,
Yang membuat malam menjadi begitu nyaman
Karena ada mimpi yang kucipta
Dengan memasukkan namanya,,
Dia laki-laki itu,
Yang segala tingkah nakal dan usilnya
Tidak bisa kubalas dengan amarah meski ada kecewa
Hanya mengelus dada untuk mengusir nyeri yang kadang terasa
Aku hanya selalu membalasnya dengan senyum
Jika telah menatap matanya, melihat kedalamannya ….
Dia laki-laki itu,
Yang selalu sulit kutebak karena ia begitu biasa,
Tak ada yang istimewa
Kecuali bahwa ia sangat sederhana,,
Senyum polosnya, tawa usilnya, tingkah jahilnya,,
Dia laki-laki itu,
Yang mungkin tidak sadar bahwa aku selalu merindu,
Dan aku hanya bisa menatapnya ketika ia ada di depanku,
Sekali lagi, juga dengan senyum dan tatapanku …
Berharap ia merasai rinduku yang mengisi kalbu
Dia laki-laki itu,
Yang selalu kutagih ceritanya tentang malam dan hutan
Yang ia lalui tanpa adanya diriku,
Berharap bahwa aku bisa ikut menikmati perjalanan yang dilalui tanpaku,
Dia laki-laki itu,
Yang detak jantungnya selalu ingin kunikmati
Ketika diri sedang begitu rapuh,
Kudengarkan sambil berceloteh
Agar ia tak sadar bahwa detak jantung itu
Begitu menenangkanku”
Sekali lagi,
Ini tentang wanita ini dan laki-laki itu …
Solo, 24 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar