Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Minggu, Oktober 26, 2008

Budaya Kita, Sudah Tradisi….!!!

Masih adakah harapan untuk kita, manusia Indonesia…
-Taufik Ismail-

Negaraku kaya. Banyak sumber daya di dalamnya. Emas, intan, mutiara, ikan aneka rupa, dan jenis flora-fauna yang cantik jelita. Semuanya ada. Tapi aneh, rakyatnya miskin nelangsa. Mereka menderita di tengah gemerlapnya kilau intan mutiara. Entah apa yang terjadi pada Indonesiaku.
Negaraku memiliki rakyat yang ramah tamah. Senyum penduduknya begitu tulus, bahkan bagi orang asing yang berkunjung ke sana. Indonesiaku adalah negeri ramah yang pernah dikenal dunia. Dengan aneka budaya, beraneka rupa suku dan warga. Perbedaan ras bukan alasan munculnya perpecahan antara mereka. Semuanya sama. Karena kami Bhinneka Tunggal Eka. Satu dalam keragaman budaya bangsa.
Tapi itu dulu, sulit kutemukan masa sekarang ini masyarakatku yang tersenyum ramah. Mereka sibuk mengurus perut yang berteriak minta diisi sedangkan harga barang-barang pokok merangkak naik setiap harinya. Di sisi lain, kelompok yang punya duit malah menimbun barang kebutuhan tersebut yang makin menambah derita saudara sendiri. Seolah lupa bahwa saudaranya yang lain bisa mati kelaparan karena tidak sanggup membeli beras yang harganya membumbung tinggi. Inikah budaya kita. Budaya yang tidak ingat saudara?
Negaraku juga kaya dengan cendekiawan. Banyak lembaga yang muncul untuk mengeksplorasinya. Tapi, entah kenapa tak banyak perubahan yang dibuat mereka. Bahkan mereka hilang entah ke mana karena tak ada yang tahu rimbanya. Ke mana ilmu yang mereka dpatkan. Apa mereka endapkan begitu saja di otak mereka? Harusnya mereka sampaikan kepada Indonesia, karena rakyat negeri ini menunggunya. Apa mereka sedang istirahat sejenak, tapi aku pikir itu terlalu lama. Apa ini juga budaya kita? Lama beristirahat untuk satu hal yang berguna. Lama menggunakan waktu untuk hal yang sia-sia.
Dari golongan intelektualpun begitu, harusnya mereka yang kemudian tanggap pada rakyat. Tapi sama saja. Mahasiswa masih sibuk mencari nilai untuk mengejar kelulusan. Apatis dengan sekitar. Yang penting AKU, bukan mereka!!!
Ini hanya sebuah goresan, Saudaraku. Sebuah pertanyaan yang muncul untuk nurani kita masing-masing. Mampukah kita menjawabnya dengan sepenuh hati. Dan malukah kita ketika mendapatkan jawaban yang menggambarkan diri kita yang ternyata memalukan. Jawablah saudaraku, jawablah dengan nuranimu. Lalu buat perbaikan untuk setiap langkahmu. Semoga ini bisa menjadi sedikit sumbangsih kita untuk ibu pertiwi, yang namanya selalu kita jadikan kambing hitam atas nasib diri. Ibu sudah menunggu lama untuk kita mengubah perangai buruk, budaya kita yang telah mentradisi. Karena masih ada harapan bagi kita, manusia Indonesia…

Tidak ada komentar: