Tulisan
ini mungkin sekali adalah bentuk kemarahan yang tidak bisa kusalurkan begitu
saja hanya dengan berteriak atau mengumpat, atau bahkan hanya dengan
menghancurkan sesuatu. Tulisan ini adalah bentuk kekecewaan yang menumpuk terus
menerus dan lama-kelamaan menggunung. Kekecewaan yang menumpuk dalam hatiku sehingga
tangan ini ingin sekali menumpahkannya. Kekecewaan terhadap almamaterku,
terhadap kampus yang kukenal dan telah menempaku, yang telah memberiku gelar
mahasiswa.
Kegeraman
langsung memenuhi hati dan pikiranku saat menerima pesan pendek dari seorang
kawan. Bahwa IOM telah benar-benar dibekukan dan sekarang berlaku Uang Kuliah
Tunggal (UKT). Sistem yang baru ini membuat mahasiswa harus membayar besaran
uang yang lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Alasan pimpinan kampus
karena mereka telah menghampus dana Biaya Pembangunan Infrastruktur (BPI) dan
Iuran Orang Tua Mahasiswa (IOM), maka wajar jika mereka (mahasiswa) harus
membayar uang yang lebih besar per semesternya. Alasan yang menurutku hanya
untuk membodohi mahasiswa agar mahasiswa juga berpikir ‘wajar’ jika mereka
harus membayar uang semester yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Ada
beberapa pertanyaan tentang kebijakan baru yang akan mulai diberlakukan
semester depan itu. pertama, sampai sekarang belum ada ketuntasan mengenai
masalah IOM. Bahkan, saya yakin masih banyak mahasiswa angkatan tua yang belum
lunas membayar IOM. Jika IOM dibekukan begitu saja tanpa adanya ketuntasan,
pasti akan terjadi kesimpangsiuran dan ketimpangan dalam pelaksanaan kebijakan
ini. apakah pimpinan kampus yang terhormat sudah siap untuk memecahkan masalah
ini? solusi apa yang nanti akan ditelurkan mengenai hal tersebut. Apakah
angkatan tua yang belum membayar IOM ini akan diberi sertifikat ‘gratis’ tanpa
membayar IOM? Lalu di mana konsep adil yang dikoar-koarkan? Kalau mereka harus
membayar IOM, siapakah yang nanti akan mengurus uang-uang tersebut? Bukankah
dibekukannya IOM berarti pengurusnya pun juga ikut mati? Apakah uang-uang
tersebut akan langsung masuk saja ke kantong-kantong fakultas? Lalu bagaimana
transparansinya? Apakah pimpinan fakultas mampu menjanjikan adanya transparansi
dana IOM tersebut? Ah, saya yakin bahwa fakultas tidak akan mampu mewujudkan
transparansi tersebut. Bukan pesimis, tapi selama ini fakultas tidak pernah
menyampaikan transparansi uang IOM, bahkan kepada mahasiswa yang telah
membayarnya.
Lihatlah,
begitu banyak pertanyaan untuk masalah pertama. Pertanyaan-pertanyaan yang sama
juga berlaku untuk dana BPI. Beberapa mahasiswa yang masih mengajukan
keringanan dana BPI juga belum kelar
untuk hal tersebut. Lalu, bagaimana nasib mereka?
Kedua,
besaran biaya yang harus dibayar mahasiswa per semester menjadi lebih besar
daripada jumlah sebelumnya, saat mahasiswa masih dibebani dengan biaya yang
dirinci menjadi SPP, BPI, dan IOM. Jika kebijakan baru ini berlaku, maka
mahasiswa perlu membayar uang per semester 2,2 juta (misalnya) kepada kampus.
Jika mereka harus menjalani 8 semester, maka jumlah yang harus dibayar kepada
kampus adalah 17,6 juta. Tapi jika mereka mambayar dengan rincian SPP, IOM, dan
BPI, mereka bisa membayar lebih kecil dari itu. jika SPP=1,1 juta, IOM=1 juta
(sekali selama kuliah), BPI=1,5 juta (sekali selama kuliah), maka selama 8
semester mereka akan membayar 11,3 juta. Saya pikir selisih angka di atas cukup
jauh dan cukup mencekik mahasiswa ekonomi bawah. Hitung-hitungan di atas jika
kita menghitung pengeluaran untuk mahasiswa reguler, lalu bagaimana dengan
mahasiswa yang kuiah melalui jalur swadana atau mahasiswa yang mungki sekali
mengalami kendala dan harus kuliah selama lebih dari 8 semester? Kalau begini,
masihkan kita sebut kampus UNS sebagai kampus wong cilik? Pertanyaan besar untuk dijawab!
Ketiga,
bahwa berlakunya UKT dan dihapuskannya IOM secara resmi berarti ikut mematikan
kegiatan mahasiswa. Masalah ketiga inilah yang mungkin sekali menjadi penyebab
terbesar kemarahan saya atas kebijakan baru ini. Dari dulu, IOM selalu menjadi
tempat berlari mahasiswa jika fakultas tidak berkenan mencairkan dana untuk
proposal kegiatan mahasiswa. Maka, tidak terbayang jika IOM dibekukan dan seluruh
pendanaan diurusi oleh fakultas. Jika sikap fakultas terhadap kegiatan
mahasiswa masih sama dengan sekarang, maka tinggal menunggu saja waktu untuk
kematian gerakan mahasiswa di kampus ini.
IOM
adalah iuran orang tua mahasiswa. Dana tersebut harusnya memang diolah untuk
kemakmuran mahasiswa karena berasal dari kantong-kantong orang tua mahasiswa secara
pribadi. Jika uang tersebut hanya membuat kantong petinggi kampus menjadi lebih
tebal, maka wajar jika mahasiswa mempertanyakannya. Tetapi jika fakultas
menjawab pertanyaan tersebut dengan membekukan IOM lalu mengalihkan pengeluaran
orang tua mahasiswa dengan nama lain agar tidak menjadi pertanyaan mahasiswa,
maka mahasiswa harus punya cara sendiri untuk mendapatkan jawaban tersebut.
Kawan-kawan
yang bergerak aktif dalam gerakan apapun dalam kampus harusnya mempertanyakan
kebijakan baru tersebut. Jika mereka diam saja dan dengan ikhlas hati
menyetujui pelaksanaan kebijakan baru tersebut adalah sebuah pukulan besar atas
gerakan mahasiswa terdahulu. Jika demikan yang berlaku, maka jangan pernah
bermimpi akan hadir sebuah kondisi yang ideal dalam kampus! Yang ada hanyalah
anak-anak manis seperti siswa sekolah dasar yang selalu menurut perintah guru
karena memang belum tahu apa-apa untuk menentukan sikap.
Saya
merasakan kegeraman yang sangat. Kemarahan yang terus saja bertambah jika
membayangkan kondisi yang demikian akan benar-benar menimpa gerakan mahasiswa
di kampus ini. Sangat memprihatinkan, sangat memalukan! Jika mereka yang ada di
luar, yang sibuk belajar tidak tahu, maka tugas kalian untuk memberitahu. Jika
mereka tidak paham dengan kondisi yang demikian kritis di kampus ini, maka
kalianlah yang harus memberikan sebuah pemahaman!!! Bukankah kita harus ingat
bahwa kita sebagai kaum terpelajar harus mulai bertindak adil mulai dari dalam
pikiran?
Ayolah, kawan! Kalian yang harus memulai gerakan
itu.....
25 Juni 2012
pada suatu siang di tanah kelahiran
pada suatu siang di tanah kelahiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar