Iya.
Akhirnya memang aku harus mengakui bahwa hanya rencana-Mu saja yang akan
berlaku, Tuhan. Sebaik-baik rencana yang sudah kubuat dan kutulis dalam setiap
catatan tak ada guna jika Kau tak merencanakan yang sama denganku.
Pesan untukmu,,,
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)
Senin, Desember 17, 2012
Selasa, Juli 03, 2012
Bergeraklah (karena aku suka dengan kata itu)
Tulisan
ini mungkin sekali adalah bentuk kemarahan yang tidak bisa kusalurkan begitu
saja hanya dengan berteriak atau mengumpat, atau bahkan hanya dengan
menghancurkan sesuatu. Tulisan ini adalah bentuk kekecewaan yang menumpuk terus
menerus dan lama-kelamaan menggunung. Kekecewaan yang menumpuk dalam hatiku sehingga
tangan ini ingin sekali menumpahkannya. Kekecewaan terhadap almamaterku,
terhadap kampus yang kukenal dan telah menempaku, yang telah memberiku gelar
mahasiswa.
Selasa, April 24, 2012
Saat Perahu Kertas Siap Berlayar
Aku membaca novel ini pada Oktober tahun
lalu. Sebenarnya, novel ini sudah terbit lebih lama dari itu. sekitar tahun
2009 atau 2010 mungkin karena aku sudah melihatnya di Gramedia. Tentu saja,
saat aku melihatnya, aku langsung membalik dan melihat daftar harga di
belakangnya. Maklumlah, keuangan mahasiswa harus menjadi catatan. Aku, yang
kata teman-teman termasuk orang yang gila buku, pun harus sadar diri dan lebih
memilih buku-buku lain yang lebih kubutuhkan waktu itu. lama sekali buku ini
dipajang di Gramedia karena sampai sekarang pun mungkin masih bisa menemui buku
ini dalam pajangan rak buku di sana.
Aku, jujur saja, langsung tertarik dengan
buku yang memiliki sampul warna hijau dengan gambar sama seperti judulnya, “perahu
kertas”. Kugy dan Keenan, dua tokoh utama dalam novel ini. aku mengetahuinya
saat membaca sinopsis singkat di cover bagian belakang. Dan karena membaca
sinopsis inilah aku langsung tergelitik dan tersenyum sendiri, saat itu juga. Saat selesai membaca buku ini, keinginan untuk membuat catatan tentang buku ini langsung hadir seketika. Sama seperti yang terjadi padaku jika aku selesai membaca buku bagus dan menarik untukku. Tapi, keinginan itu baru bisa kuwujudkan sekarang. Entah apa yang terjadi pada beberapa bulan lalu yang membuatku terlambat menulis tentang buku ini? (hehe...)
Rabu, April 18, 2012
Gadis Pantai dan Langit Biru
Bibir pantai ini masih sama.
seperti belasan tahun yang lalu. Saat awal-awal aku mulai menikmatinya untuk mengenangmu. Mengingat setiap kluster waktu yang pernah terlewat
dengan senyuman. Masa-masa terindah dalam usiaku yang menginjak 23. Bukan
masa-masa SMA seperti sebuah lagu yang sering didendangkan. Tapi adalah masa
ketika usiaku belum meninggalkan usia dalam ukuran satuan. Sebelum melepaskan
usia 11. Waktu aku masih asyik bermain denganmu. Di pantai ini. Di laut ini.
Kurebahkan punggungku. Telentang
menghadap langitku yang biru. Ah, biru. Aku selalu menyukai warna itu. Karena
warna laut juga biru. Air laut yang menyentuh bibir pantai ini juga menyentuh
punggungku. Menyentuh setiap bagian tubuhku. Seandainya aku bisa berenang,
mungkin aku akan masuk ke dalam lautmu. Menyelam dan mengintip sebentar
duniamu. Tapi aku tidak bisa dan memilih telentang di sini, di bibir pantaimu.
Kugenggam sedikit pasir basah yang mengelilingi tubuhku. Andai, aku bisa
menggenggam mimpiku itu seperti ini. Andai aku bisa menggenggam tanganmu
seperti ini. Tapi, aku selalu tak bisa. Aku memilih untuk melepasmu. Selalu. Kupejamkan
mata untuk merasai hadirmu. Itulah aku pada beberapa tahun lalu.
***
Kamis, Januari 26, 2012
Aku takut menjadi egois, Tuhan....
Rasanya sangat aneh..
belakangan ini aku mulai merasakan diriku semakin tenggelam dalam kebutuhanku sendiri. Ketakutan itu datang lagi ketika aku hanya memikirkan diriku sendiri. Kepentingan dan kebutuhan yang hanya akan dinikmati oleh rasaku sendiri. Ini seperti bukan diriku.
sungguh aku sangat tidak suka...
Aku merasa mulai enggan memikirkan orang lain. Aku mulai merasa bahwa apa yang kulakukan harus menghasilka sesuatu yang nyata, yang bermanfaat untuk diriku. Ini memang bukan diriku.
Langganan:
Postingan (Atom)