hanya sebuah goresan,,, dari tangan yang terkadang nakal...
Pesan untukmu,,,
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)
Aamir Khan dan Dharsheel Safary,,
senyum anak-anak begitu indah
Setiap anak memiliki keunikan. Mereka semua adalah sesuatu yang spesial. Kalian, kita hanya cukup melihat mereka lebih dekat. Lebih mengerti mereka, lebih memperhatikan mereka. Anak-anak adalah mutiara yang berkilauan dan menghiasi dunia ini. Mimpi-mimpi mereka adalah kekuatan yang akan membuat mereka tetap bersinar. Bakat yang mereka miliki adalah bekal untuk hidup mereka.
Demikian pesan pendek yang dimunculkan dalam sebuah film yang berjudul seperti judul tulisan ini, “Taare Zameen Par”. Film yang diproduksi oleh Aamir Khan, salah satu aktor gaek dalam film-film India, ini adalah salah satu film Bollywood yang membawa satu pencerahan dan hal baru bagi penikmatnya. Film ini bercerita tentang seorang anak, Ishaan, yang menderita disleksia. Sebuah penyakit yang bisa saja terjadi akibat keturunan. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis karena mereka tidak memiliki kemampuan dasar untuk membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain yang cenderung mirip, misalnya ‘b’ dan ‘d’. Mereka yang menderita ini juga cenderung memasangkan huruf untuk membuat kata dalam urutan yang terbalik, misalnya, ‘sir’ ditulis ‘ris’.
Jumat-Sabtu kemarin (20-21 Mei 2011) aku kembali memulai perjalanan untuk mendaki puncak-puncak gunung itu. Kali ini Merbabu. Gunung yang sempat kudaki sebelumnya dengan teman-teman dari UNDIP pada 16-17 lalu. Waktu itu aku gagal mencapai puncaknya karena mengalami cedera di perjalanan sehingga terpaksa ‘ngecamp’ di bawah puncaknya. Karena itulah aku masih penasaran dan masih tertantang untuk menikmati angin di puncaknya. Melihat biru langit di atasnya. Alhamdulillah, kali ini aku dapat sampai di puncaknya, 3142 mdpl. Perjalanan kemarin dengan teman-teman di LPM Motivasi. Masih bersama mereka. Djoko, Sigit, Andi, Qodri, Miswan, Hanif, Jatmiko, Huda, Bambang, Imron, Tambak, Aish, Desi, dan Tyas.
Sekitar pukul 16.30, teman-teman sudah berkumpul di sekretariat kami. Tetapi waktu itu aku masih duduk di kelas. Aku masih menjalani kuliah penelitian kuantitatif. Kalau mau jujur, pikiranku sebenarnya sudah tidak di kelas itu. Pikiranku sudah jauh melayang pada bagaimana perjalanan pendakian Merbabu kami nanti. Aku masih takut jika terjadi cedera lagi pada kakiku karena terhitung dari pendakian ke Merbabu yang terakhir, aku sudah jatuh sebanyak dua kali. Kecelakaan di Klaten dan terpeleset waktu pulang ke rumah.
Tepat pukul 16.35 perkuliahan selesai dan aku segera menuju ke kos untuk berganti pakaian dan mengambil tas dan perlengkapan pendakianku. Teman-teman sudah menunggu di sana. Semuanya sudah berkumpul di sekre. Checking terakhir untuk barang-barang yang kami bawa pun dilakukan. Pukul 17. 48 semua selesai dan kami memulai perjalanan kami menuju basecamp di Desa Selo, Boyolali.
Awalnya, perjalanan berjalan lancar saja sehingga mulai memasuki Boyolali kami kehilangan 2 pasang teman. Qodri, Miswan, Imron, dan Sigit tidak bersama kami. Saling menghubungi, akhirnya kami tahu kalau salah satu motor mengalami kerusakan hingga harus masuk bengkel dan menginap di sana. Qodri dan Miswan terpaksa harus naik bis untuk sampai di Selo. Tidak ada niat untuk kembali ke Solo dan tidak ikut serta dalam pendakian kali ini. Kami yang menunggu di Selo menunggu di depan masjid. Teman-teman juga melakukan sholat isya dan maghrib karena saa berangkat kami belum sempat sholat.
Pendahuluan
Aufklarung adalah suatu gerakan besar di Eropa pada abad ke-18 M yang memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa kepada akal budi manusia. Gerakan ini tumbuh sejalan dengan penemuan-penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan alam di Italia, Jerman, Polandia, dan Inggris. Beberapa ilmuwan yang hadir dan meramaikan ilmu pengetahuan pada masa ini, antara lain Galileo, Kepler, Copernicus, dan Newton.
Pada masa aufklarung, falsafah rasionalisme menjamur di Perancis dan Belanda. Aliran ini menempatkan kedudukan akal begitu tinggi dalam mencapai kebenaran. Tokoh yang mencetuskan falsafah rasionalisme adalah Descartes dan Spinoza. Ungkapan terkenal yang keluar dari Descartes adalah Cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Pada tahap selanjutnya, berkembangnya ilmu-ilmu eksakta dan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat terpelajar juga disusul dengan berkembangnya paham-paham seperti empirisme di Inggris oleh John Locke, rasionalisme Kant, dan idealisme Hegel.
Periode aufklarung telah banyak membawa perubahan pola pikir manusia. Manusia mulai menggunakan akalnya untuk meneliti secara kritis segala yang ada dalam kehidupannya termasuk dalam kehidupan bernegara dengan segala aspek yang ada di dalamnya. Masa inilah yang kemudian membuat para tokoh yang kemudian terkenal sebagai pelopor sebuah aliran untuk mulai menyuarakan pendapatnya. Pendapat ini dapat berupa celaan dan kritikan tajam terhadap kinerja pemerintah yang otoriter dan ditator terhadap rakyatnya.
Selain itu, perjumpaan akal budi dengan pengalaman manusia (empiri) kemudian menghasilkan science yang maju. Menurut pandangan Aufklarung dengan penyebarluasan ilmu pengetahuan maka harkat dan martabat manusia akan semakin meningkat. Bagi mereka science merupakan sumber kebahagiaan pula. Lahirlah scientisme, yakni sebuah paham yang memandang science sebagai satu hal yang segalanya dalam mencapai kebenaran, kebaikan, dan keindahan.
Makalah pendek ini akan membahas tentang periode aufklarung, terutama di Prancis dan beberapa pengaruhnya dalam kehidupan manusia selanjutnya.
ABSTRAK
Pendidikan karakter marak menjadi perbincangan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut berkaitan dengan menurunnya moral dan nilai yang dialami oleh peserta didik dan lulusan sebagai output pendidikan Indonesia. Pada prinsipnya pendidikan karakter di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman Ki Hajar Dewantara, tetapi kemudian tergerus dengan adanya nilai-nilai modern yang masuk dengan begitu derasnya, termasuk dalam bidang pendidikan di Indonesia. Karena itulah, pendidikan karakter sekarang ini masih dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal, padahal pendidikan di Indonesia sudah memiliki mata pelajaran pancasila, kewarganegaraan, budi pekerti, dan sejenisnya.
Makalah ini membahas tentang pentingnya pendidikan karakter di Indonesia, terutama dalam menghadapi ide dan arus globalisasi. Indonesia membutuhkan lulusan-lulusan pendidikan yang tidak hanya kompeten namun juga berkarakter agar bangsa Indonesia tetap menunjukkan karakternya dalam kancah persaingan internasional. Salah satu yang dapat dilakukan dalam pendidikan karakter adalah penggalian nilai-nilai kearifan lokal. Salah satunya melalui tembang-tembang macapat yang telah terkenal memiliki pesan dan nilai kehidupan yang agung. Pengintegrasian nilai-nilai di dalamnya dalam pendidikan di Indonesia akan membuat anak didik memiliki karakter sekaligus menunjukkan kepribadian bangsa. Hal tersebut akan membuat keluaran pendidikan Indonesia memiliki kompetensi yang cukup, bukan hanya dalam kecerdasan kognitif, melainkan juga kecerdasan emosi. Guru sebagai pendidik dan pengajar memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter tersebut.
Kata kunci: pendidikan karakter, tembang macapat, globalisasi.