
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra sebagai salah satu produk sebuah kebudayaan dapat dikatakan sebagai cerminan dari masyarakat tempat karya sastra itu lahir. Sebuah penelitian yang membicarakan tentang maju tidaknya atau tinggi rendahnya sebuah kebudayaan tidak hanya ditilik dari karya-karya atau tulisan ilmiah yang dihasilkannya. Tetapi, penilaian tentang hal tersebut dapat juga dilakukan dengan melihat karya-karya sastra yang dihasilkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Kita tidak perlu harus terjun masuk ke dalam masyarakat untuk mengetahui kebudayaan suatu masyarakat. Penelitian dapat dilakukan dengan cara menggali karya-karya fiksi, seperti buku-buku sastra atau novel. Hal inilah yang membuat perkembangan sastra tidak bisa dipisahkan dengan pola kehidupan dan pola pikir masyarakatnya. Cara masyarakat untuk hidup dan bertingkah laku dalam kehidupan sosial mereka bisa sangat mempengaruhi seorang penulis dalam merefleksikan pemikirannya tentang suatu masalah yang kemudian bisa diwujudkan dalam suatu kreasi yang kemudian layak disebut sebagai suatu karya sastra. Dan hal yang serupa juga terjadi pada perkembangan sastra di Indonesia.
Dalam perkembangannya, Abidah Al Khalieqy merupakan satu nama yang menghiasi jejak sastra di tanah air. Lewat karyanya, Abidah melukis kisah wanita dengan aneka perlawanannya terhadap budaya patriarki yang menurutnya masih terasa kental di negeri ini. Karya perdana yang dibukukan pada 2001 mengambil judul Perempuan Berkalung Sorban. Novel ini dinilai sebagai bentuk perjuangan yang bisa dilakukan oleh seorang penulis wanita untuk meningkatkan kedudukan kaumnya.
Novel Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuah novel yang berbingkai feminisme. Perspektif feminisme lebih mengarah pada karya sastra yang ditulis perempuan sekaligus menampilkan tokoh perempuan dengan berbagai masalahnya. Perspektif dimaksud tidak semata-mata memandang novel dari kacamata estetika, tetapi juga memfokuskan kajian pada makna dan hubungannya dengan realitas sosial dan budaya.
Novel Perempuan Berkalung Sorban memiliki kandungan ekspresi dan konsistensi fiksional untuk mengutuhkan kepribadian, kecerdasan, dan keyakinan tokoh perempuan di dalamnya. Pengutuhan itu bukan saja terbaca dari latar sosial tokohnya, Annisa, tetapi juga emansipasi pemikiran dan keberaniannya untuk melawan dominasi dan diskriminasi tokoh-tokoh antagonis yang bersifat patriarkis. Penggambaran posisi dan sikap tokoh perempuan tersebut juga mencerminkan adanya upaya untuk menanggapi dan mencari solusi terhadap masalah gender yang ditimbulkan oleh ketidakadilan sosial dan budaya di sekitar tokoh itu berada.
Inilah yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji novel Perempuan Berkalung Surban dengan judul Analisis Kritis Novel Perempuan Berkalung Sorban: Sebuah Pendekatan Feminisme Sastra.