Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Minggu, Oktober 26, 2008

Bahasa Indonesia,, Sudah Cintakah Kita??


Bulan kesepuluh, Oktober telah ditetapkan sebagai Bulan Bahasa. Tentu saja, bukan karena alasan historis semata untuk mengenang saat-saat heroik ketika para pendahulu negeri ini berhasil menetapkan bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional melalui ikrar Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Namun, lebih daripada itu, untuk membumikan budaya bertutur, baik lisan maupun tulisan, secara baik dan benar, sesuai dengan konteksnya.
Bahasa Indonesia telah mengalami perjalanannya selama kurang lebih 80 tahun. Delapan dasawarsa yang cukup panjang untuk untuk sebuah rajutan perjalanan menuju ke arah kemajuan bahasa. Begitu seharusnya! Namun, pada kenyataannya, dalam beberapa hal bahasa Indonesia justru mengalami fenomena yang malahmembawa ke arah kemunduran. Masalah yang terjadi di masyarakat kita membuat bahasa Indonesia mengalami masa stagnan yang cukup memprihatinkan.
Pertama, penggunaan satuan bahasa yang salah kaprah dalam media massa, baik media elektronik maupun cetak. Bahasa dalam media massa yang diyakini sebagai bentuk yang tepat kemudian ditiru secara utuh oleh masyarakat sebagai alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, kesalahan pelafalan yang dilakukan oleh para pejabat publik yang cenderung menjadi kiblat bagi bawahan dan menjadi tren dalam masyarakat kita. Misalnya, gaya salah satu mantan presiden kita yang sering melafalkan /a/ menjadi /ə/. Yang memprihatinkan adalah bahwa gaya pelafalan yang seperti ini masih saja berlanjut sampai sekarang.
Ketiga, merebaknya gaya tuturan Indonesia-English yang dimotori oleh sebagian tokoh publik. Entah pejabat, entah para artis kita. Mereka sering menggunakan bahasa “gado-gado” yang lagi-lagi cenderung ditiru oleh masyarakat kita. Pola hubungan social dalam masyarakat kita pulalah yang juga ikut menyuburkan pembusukan bahasa Indonesia kita.
Maka, ketika kita mengatakan bahwa kita mencintai bahasa Indonesia, diperlukan satu sikap untuk perkembangan bahasa Indonesia di tahun-tahun mendatang. Tentu saja, perkembangan untuk menuju ke arah yang lebih baik. Bukan sebaliknya! Anak bahasa seperti kita, pasti tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang, bukan lagi saatnya membicarakan teori tapi tunjukkan bukti itu. Bukti bahwa kita cinta bahasa Indonesia. Salah satu harta yang kita miliki!!

Tidak ada komentar: