ehmm,,
sebenarnya tidak ada inspirasi untuk menulis hari ini. tapi seorang adik tiba-tiba menyuruhku untuk membuat sebuah catatan. dia ingin membaca sesuatu dariku. okelah kalau begitu, aku buat catatan ini. tentang kabar gembira yang aku terima kemarin.
seorang kawan menerima lamaran dari seorang pemuda. ^^...kebahagiaan itu seperti aku yang merasakan sendiri. teman yang lain bahkan sempat mengatakan seperti aku saja yang menerima lamaran itu,,hehe...
andai bisa cepet nyusul, teman... ^^v,,waktu itu aku membayangkan wajah temanku pasti bersemu merah dengan hati yang deg-degan ketika menunggu kata lamaran itu dikatakan oleh pemuda yang akan menyuntingnya. iya, ini memang baru lamaran, tapi pernikahan seolah sudah sangat dekat waktunya...^^
ketika itu, hanya ada satu pesanku untuknya,,,"pintar-pintar jaga hubungan setelah ini, kata orang waktu antara lamaran dan pernikahan adalah waktu yang rawan,," hehe...nasehatku seperti aku pernah berpengalaman saja ^^v
pernikahan....
kata ini menjadi kata-kata yang belakangan sering aku dengar dari teman dan kerabat. iya, mungkin usia yang sudah memasuki usia sensitif inilah yang membuat kami sering membicarakannya. bahkan dalam diskusi ringan yang terjadi antara aku dengan beberapa teman kampus pun pasti menyerempet 'isu' ini. biasanya kami hanya membicarakan kebijakan kampus, borok birokrasi, dan sejenisnya. temanku juga mengakui hal ini, dan biasanya kami hanya senyum-senyum sendiri...hehe...^^
eh,,biar saja ini jadi pembicaraan ringan ini berhenti dulu sampai di sini,,
beberapa teman yang sering bercanda seringkali mengatakan "semua akan indah pada waktunya"
ah,ya..pasti akan seperti itu,,meskipun bisa dikatakan kata-kata itu biasa digunakan untuk menghibur diri sendiri..^^
eh,,sepertinya tulisan ini menjadi begitu panjang,,sampai di sini dulu saja kali ini.
untuk temanku,,semoga prosesnya makin lancar setelah ini,,
supaya aku bisa segera datang ke acara resepsi,,hehe...^^v
Barakallah...
Pesan untukmu,,,
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)
Senin, April 19, 2010
Senin, April 05, 2010
Setelah dari Puncak Lawu
Lawu, 2-3 April 2010
Alhamdulillah, pendakian ke Puncak Lawu (3265 mdpl) kemarin berjalan dengan lancar. Kami dapat kembali ke kampus dengan selamat. Dengan sisa-sisa badan yang pegal dan nyeri di sana-sini tentunya.hehe…tak apalah, Tuhan sudah berbaik hati pada kami. Pendakian kami yang kemarin tidak seperti pendakian yang biasanya. Cuaca sangat cerah. Malam hari cahaya bulan menemani kami hingga subuh menjelang. Siang pun matahari bersinar dengan ramahnya. Hanya sebentar saja kabut menebal untuk kemudian turun menjadi hujan ketika kami turun dari Hargodumilah, Puncak Lawu.
Pendakian kali ini kami mulai dari pos Cemoro Kandang. Seorang kawan yang sudah sering mendaki mengatakan bahwa pendakian dari pos ini meskipun lebih lama tapi cenderung aman dan ada persediaan mata air di tengah jalan jika kami kehabisan keperluan air. Perjalanan kami mulai pada pukul 19.30 pada 2 April 2010. sebelumnya kami sholat maghrib dan isya terlebih dahulu. Kami bernagkat dengan diawali doa tentu saja. Agar perjalanan kami lancar dan selamat. Oh ya, tim ekspedisi kali ini bertambah menjadi delapan orang. Ada Aji dan Bram yang ikut bergabung dalam 6 orang yang sebelumnya sudah sepakat mendaki Lawu.
Di tengah cahaya bulan yang menemani kami, beberapa kali kami berhenti untuk memandang suasana kota dari gunung tempat kami berdiri. Lampu-lampu kota masih semarak. Terlihat seperti bintang yang bergerombol pada titik tertentu dan menyebar pada bagian yang lain. Jalanan kota Solo, Slamet Riyadi terlihat lurus dari gunung. Seperti garis lurus, lampu-lampu pada pemukiman di sana. Dengan istirahat dua kali, kami sampai di pos 1 pada 20.30. Istirahat sebentar untuk kami merilekskan kaki-kaki kami.
Perjalanan kami lanjutkan ke pos 2 dan kami sampai di sana pada 21.48 dengan istirahat 3 kali dari pos 1. Istirahat kami lebih karena kami takjub dengan pemandangan yang ada di bawah dan atas kami. Di bawah kami, lampu-lampu kota masih saja menarik mata kami untuk sekadar menikmatinya sejenak. Semakin tinggi kami semakin dapat melihat wilayah di bawah kami lebih luas. Kami bahkan dapat melihat pemandangan Merapi-Merbabu dengan wilayah Selo yang juga dihiasi dengan kerlip lampu pada pemukiman di sana. Sedangkan di atas kami, langit menunjukkan keindahannya dengan kilatan-kilatan petir dan gemuruh yang sebentar-sebentar terlihat. Masyaallah, indah sekali.
Diskusi dan pembicaraan dari yang ringan sampai sedikit berat juga menghiasi perjalanan kali ini. Dari masalah kampus sampai masalah cinta. Haha,….lucu sekali kami membicarakan buruknya birokrasi kampus kami. Dengan dekan dan rektor dan para pembantunya yang tidak luput dari ‘makian’ kami. Kami juga membicarakan orang-orang yang sekiranya akan atau menjadi incaran kami untuk menerima cinta. Terdengar lucu karena kami membicarakan secara vulgar nama-nama itu. Tapi tidak semuanya membicarakan masalah yang satu ini. Hanya beberapa kawan laki-laki saja yang terang-terangan membicarakn wanita idaman mereka…^^v. Satu pertanyaan dariku untuk kami adalah mengapa para pendaki mencintai gunung? Dan ini belum mampu kami jawab, bahkan olehku pada malam itu.
Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 memang cenderung lama. Kami juga lebih sering istirahat. Kami baru sampai pos 3 pada 01.30 pada 3 April 2010. Di pos ini kami mengeluarkan perlengkapan masak kami. Aku dan beberapa kawan menyiapkan tempat untuk tidur kami. Sedangkan teman yang lain menyiapkan masakan untuk jadi menu tengah malam kami. Sekadar mengisi energi untuk perjalanan ke alam mimpi. Jam 02.00 kami memutuskan untuk tidur. Tetapi dua orang teman masih memilih untuk berdiskusi. Ada hal yang menarik ketika berdiskusi tentang Islam dan gerakan di bawahnya. Ternyata tim yang istirahat di pos yang sama dengan kami, mungkin, sedikit tersinggung atau terganggu dengan pembicaraan yang kami lakukan. Daripada menjadi masalah yang panjang, dua teman tadi langsung masuk pos dan memutuskan untuk istirahat juga. Aku yang tidur tanpa matras menjadi kedinginan. Sangat kedinginan. Aku hanya tidur dengan jaket yang menempel di badan dan kaos kaki yang melindungi kaki dari hawa dingin. Bagian kiri yang menjadi tumpuan badanku seakan beku ketika bangun pada pagi harinya.
Rencana bangun jam 03.00 ternyata tidak berjalan. Kami baru bangun jam 04.30 untuk kemudian subuh dan melanjutkan perjalanan. Kami sudah pesimis bahwa kami tidak bisa menikmati sunrise di puncak. Tapi, tak apalah, pemandangan sepanjang jalan sangat mengurangi kekecewaan kami. Kabut yang turun masih menutupi kota di bawah kami. Pemandangan yang tidak akan kami dapatkan kalau kami berada di kota. Perlahan-lahan kabut itu hilang dan tampaklah kota Solo dan sekitarnya. Seperti kota hilang yang tiba-tiba muncul ke permukaan. Bayangan Gunung Lawu yang tertimpa sinar matahari jatuh menimpa kota-kota di bawahnya. Sangat menakjubkan karena bayangannya mampu menutupi daerah Karanganyar. Wow,,perlu kalian lihat sendiri, kawan…
Perjalanan selanjutnya yang kami target hanya satu jam ternyata mengalami kemoloran. Terlalu banyak berhenti dan menikmati pemandangan membuat kami membutuhkan waktu dua jam lebih untuk sampai pada pos 4. Kami sampai di pos 4 (Cokrosuryo) pada 07.42. Tananhnya yang hijau dan lapang membuatku langsung ingin merebahkan badan. Ya, aku langsung rebah di hamparan rumput di sana tanpa alas apapun. Dan ternyata aku langsung tidur selama satu setengah jam di sana. Haha..cepat sekali ternyata mataku ini terpejam. Aku baru dibangunkan teman-teman ketika perjalanan akan dilanjutkan. Sebelumnya aku diminta untuk makan. Aku hanya makan sesuap saja. Foto-foto sebentar kemudian kami melanjutkan perjalanan.
Perjalanan selanjutnya adalah perjalanan menuju Puncak Lawu. Padang Edelweiss menemani kami sepanjang jalan. Sayang Edelweiss belum berbunga saat itu. Beberapa masih berbentuk kuncup. Namun, wanginya sedikit mengisi indera penciuman kami dan memberi ketenangan pada langkah kami. Mendekati puncak, perjalanan dihiasi dengan medan berbatu yang lebih terjal. Kami harus bersabar dan lebih hati-hati agar sampai ke puncak dengan selamat. Beberapa kawan sudah hamper menyerah dan lebih banyak yang mengeluh. Wajar saja, memang. Medan lebih terjal daripada sebelumnya. Dan akhirnya perjalanan yang terjal itu terbayar juga. Tepat pukul 10.58 rombongan kami sampai di Puncak Lawu, Hargodumilah. Ahhh…kami langsung berteriak menandakan kebanggaan dan kebahagiaan kami. Merdeka!!! Terlalu berlebihan mungkin. Aku sendiri menarik nafas yang sangat panjang. Memenuhi rongga paruku dengan udara yang menipis di sana namun terasa sangat segar. Berjalan berkeliling sebentar dan melihat pemandangan sekitar. Dari jauh, bukit di bawah kami terlihat nama-nama pendaki yang ditulis dari susunan batu. Cukup kreatif, batinku. Ada perasaan puas dan bangga karena sampai pada puncak ini. Selanjutnya, aku tertidur kembali ^^v… Kali ini aku tidur di samping tugu Hargodumilah. Tidur di sampingnya seperti tidur di samping bantal gulingku saja. Dan inilah tidur terlelapku selama perjalanan. Matahari memang sukup panas bersinar, tetapi hawa masih terasa sejuk. Kututup mukaku dengan slayer dan aku tertidur hingga hampir dua jam lamanya. Tidur yang nyeyak dan puas karena Tuhan juga memberi mimpi yang indah dalam tidurku….^^
Mungkin teman-teman memang segan membangunkanku. Karena aku baru bangun setelah terdengar suara rombongan lain yang sudah sampai puncak. Kami mengobrol sebentar untuk selanjutnya foto-foto lagi di puncak sebelum melanjutkan perjalanan untuk memulai turun. Dengan rombongan dari Bogor tadi, kami mengobrol sebentar dan foto-foto juga,hehe..
Pukul 12.38 kami turun dari puncak menuju Hargodalem. Di tengah perjalanan inilah kami harus istirahat sebentar untuk memakai mantol yang kami bawa karena hujan kabut turun lumayan deras. Pukul 13.00 kami sampai di Hargodalem. Istirahat sebentar karena hujan sudah berhenti dan kabut telah menipis. Kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di warung sambil sholat zuhur jamak sholat asar. Kami sampai di warung pada 13.15. Merehatkan badan lagi, kami makan dan sholat, sedikit bersih-bersih badan dan perlengkapan masak kami. Pukul 14.35 kami melanjutkan perjalanan untuk turun ke pos utama. Pengisian energi dan badan yang cukup bersih membuat semangat kami full lagi.
Perjalanan kami berhadapan lagi dengan jalan berbatu yang menurun cukup terjal juga meskipun bebatuan tersebut lebih teratur. Satu yang ada dalam pikiranku, siapa ya yang membuat jalur sedemikian rapinya,,hehe..ini kan gunung. Kami sampai pada pos 3 pada 16.00. Selama itu, kami lumayan sering istirahat. Di pos 3 ini kami berhenti cukup lama. Sedikit berdiskusi tentang organisasi kami dan kelangsungannya. Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan dan sampai pos 2 pada 16.20. Perjalanan yang cukup cepat. Dalam perjalanan ini, ada satu anggota tim yang mengalami keseleo pada kakinya. Ini membuat perjalanan selanjutnya tidak lagi begitu cepat. Kekompakan rombongan cukup diuji di sini. Perjalanan selanjutnya mke pos 1 membuat kami sedikit bosan karena kami seperti lama menemui pos 1. Kami baru sampai pada pos 1 pada 17.25.
Rombongan tidak mengambil waktu istirahat yang cukup lama karena waktu sudah menunjukkan sore dan sebentar lagi senja turun. Target kami adalah dapat sampai ke pos utama maksimal saat adzan maghrib dikumandangkan. Sedikit terlambat dari target karena saat adzan dikumandangkan kami masih dalam perjalanan ke pos utama. Kami masih berada di daerah ladang wortel. Rasanya kaki ini memang ingin istirahat meski sebentar, tapi hati ini cepat sampai di pos utama. Jadi sedikit diseret kaki ini berjalan ke pos utama. Alhamdulillah…kami dapat sampai di pos induk pada 18.15. di bawah lampu kota, kami terbaring meluruskan kaki. Ah,,,puas rasanya. Bayangan Lawu yang menghitam membuatku memandangnya dengan mesra. Aku baru saja menginjak puncaknya, dan sekarang telah sampai lagi di bawahnya. Kapan lagi ke sana?
Sebelum ke Lawu
Solo, 2 April 2010
Sepertinya memang tidak ada yang istimewa dengan hari ini. Tapi sore nanti aku dan beberapa kawan akan melakukan pendakian ke Puncak Lawu. Sebenarnya ide yang cukup nekat juga karena diantara kami berenam (aku, dhika, djoko, tisna, anjar, dan qodri) tidak ada yang berpengalaman untuk memimpin pendakian. Hanya aku, tisna, dan qodri yang pernah ke sana. Tapi itu pun berada dalam posisi anggota tim, bukan ketua rombongan.
Tapi modal nekat ini cukup bisa menjadi modal awal ini. Entahlah, aku sangat ingin mendaki gunung pada saat ini. Kerinduan yang sangat kurasakan pada belaian angin gunung. Aku takut tidak bisa menikmatinya lagi besok-besok ketika waktuku di Solo semakin pendek saja. Setelah ini, aku mungkin akan sering berada di rumah, berperan sebagai anak gadis pada umumnya. Aku ingin memeluk gunung jika ini menjadi pendakianku yang terakhir, meskipun aku tidak berharap begitu. Aku masih ingin mendaki gunung-gunung yang lain. Baru beberapa kali saja aku mendaki dan aku sudah begitu cinta dengan gunung. Sama seperti aku cinta dengan laut. Dengan hawa asinnya.
Karena itulah ide itu kucetuskan di antara beberapa kawan dan mereka mengamininya. Maka, terciptalah tim ekspedisi dengan bondo nekatnya. Semoga perjalanan ke Puncak Lawu lancar dan kami dapat kembali dengan selamat ke kampus. Membawa nafas baru dan semangat guru setelah gunung memeluk kami dengan dinginnya. Mari mendaki!!!
Sepertinya memang tidak ada yang istimewa dengan hari ini. Tapi sore nanti aku dan beberapa kawan akan melakukan pendakian ke Puncak Lawu. Sebenarnya ide yang cukup nekat juga karena diantara kami berenam (aku, dhika, djoko, tisna, anjar, dan qodri) tidak ada yang berpengalaman untuk memimpin pendakian. Hanya aku, tisna, dan qodri yang pernah ke sana. Tapi itu pun berada dalam posisi anggota tim, bukan ketua rombongan.
Tapi modal nekat ini cukup bisa menjadi modal awal ini. Entahlah, aku sangat ingin mendaki gunung pada saat ini. Kerinduan yang sangat kurasakan pada belaian angin gunung. Aku takut tidak bisa menikmatinya lagi besok-besok ketika waktuku di Solo semakin pendek saja. Setelah ini, aku mungkin akan sering berada di rumah, berperan sebagai anak gadis pada umumnya. Aku ingin memeluk gunung jika ini menjadi pendakianku yang terakhir, meskipun aku tidak berharap begitu. Aku masih ingin mendaki gunung-gunung yang lain. Baru beberapa kali saja aku mendaki dan aku sudah begitu cinta dengan gunung. Sama seperti aku cinta dengan laut. Dengan hawa asinnya.
Karena itulah ide itu kucetuskan di antara beberapa kawan dan mereka mengamininya. Maka, terciptalah tim ekspedisi dengan bondo nekatnya. Semoga perjalanan ke Puncak Lawu lancar dan kami dapat kembali dengan selamat ke kampus. Membawa nafas baru dan semangat guru setelah gunung memeluk kami dengan dinginnya. Mari mendaki!!!
Langganan:
Postingan (Atom)