Dunia politik selalu tidak pernah bersih, tapi juga tak selamanya kotor dan menjijikkan. Dunia yang satu ini, paling tidak akan membuat kita menjadi abu-abu. Tidak hitam-tidak putih. Warna yang bukan warna. Tapi, terserahlah. Persetan dengan aneka macam warna itu. Aku tak hendak membuat lukisan yang mementingkan perpaduan warna. Lihatlah, aku jadi sibuk merangkai kata untuk warna.
Kembali ke pembicaraan awal, tentang dunia politik. Kata Iwan Fals, ‘dunia politik penuh dengan intrik’. Begitupun perpolitikan di Indonesia. Karena itulah, seperti yang telah kubilang di depan tadi. Dalam dunia yang satu ini, sebejat apapun kita, otak kita harus pandai menimbang-nimbang. Kapan kita harus menjadi manusia yang benar-benar licik, sadis, bengis, egois dan is-is yang lain yang membuat kita menjadi manusia yang begitu menjijikkan. Dan kapan pula kita harus bersikap manis, dermawan, murah hati dan tentu sok-sok yang lain agar terlihat mulia di pandangan manusia.
Dunia politik. Kata seorang teman, politik di Negara ini sebagai ‘politik tahi kucing’. Sekali kena, pasti baunya akan sangat mengganggu. Kecuali kalau kita sudah benar-benar bersih dan menjauh dari tempat kotoran ini. Dan satu hal, meski sudah bersihpun, kita pasti akan merasakan muak-meski sedikit- saat ingat san membayangkan tahi kucing itu. Stop!! Kenapa jadi membicarakan tahi kucing???
Aku memang bukan seorang pengamat politik. Sama sekali bukan. Hanya saja, terasa geli ketika melihat dunia politik Indonesia yang seperti sekarang ini. Sebenarnya, aku hanya sedikit, sedikit sekali berkenalan dengan dunia ini. Sebuah ketidaksengajaan yang membuatku ikut berbaur dengan orang-orang politik. Orang-orang parpol juga mungkin. Entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar