Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Selasa, April 24, 2012

Saat Perahu Kertas Siap Berlayar


Aku membaca novel ini pada Oktober tahun lalu. Sebenarnya, novel ini sudah terbit lebih lama dari itu. sekitar tahun 2009 atau 2010 mungkin karena aku sudah melihatnya di Gramedia. Tentu saja, saat aku melihatnya, aku langsung membalik dan melihat daftar harga di belakangnya. Maklumlah, keuangan mahasiswa harus menjadi catatan. Aku, yang kata teman-teman termasuk orang yang gila buku, pun harus sadar diri dan lebih memilih buku-buku lain yang lebih kubutuhkan waktu itu. lama sekali buku ini dipajang di Gramedia karena sampai sekarang pun mungkin masih bisa menemui buku ini dalam pajangan rak buku di sana. 
Aku, jujur saja, langsung tertarik dengan buku yang memiliki sampul warna hijau dengan gambar sama seperti judulnya, “perahu kertas”. Kugy dan Keenan, dua tokoh utama dalam novel ini. aku mengetahuinya saat membaca sinopsis singkat di cover bagian belakang. Dan karena membaca sinopsis inilah aku langsung tergelitik dan tersenyum sendiri, saat itu juga. Saat selesai membaca buku ini, keinginan untuk membuat catatan tentang buku ini langsung hadir seketika. Sama seperti yang terjadi padaku jika aku selesai membaca buku bagus dan menarik untukku. Tapi, keinginan itu baru bisa kuwujudkan sekarang. Entah apa yang terjadi pada beberapa bulan lalu yang membuatku terlambat menulis tentang buku ini? (hehe...)

Rabu, April 18, 2012

Gadis Pantai dan Langit Biru


Bibir pantai ini masih sama. seperti belasan tahun yang lalu. Saat awal-awal aku mulai menikmatinya untuk mengenangmu. Mengingat setiap kluster waktu yang pernah terlewat dengan senyuman. Masa-masa terindah dalam usiaku yang menginjak 23. Bukan masa-masa SMA seperti sebuah lagu yang sering didendangkan. Tapi adalah masa ketika usiaku belum meninggalkan usia dalam ukuran satuan. Sebelum melepaskan usia 11. Waktu aku masih asyik bermain denganmu. Di pantai ini. Di laut ini.
Kurebahkan punggungku. Telentang menghadap langitku yang biru. Ah, biru. Aku selalu menyukai warna itu. Karena warna laut juga biru. Air laut yang menyentuh bibir pantai ini juga menyentuh punggungku. Menyentuh setiap bagian tubuhku. Seandainya aku bisa berenang, mungkin aku akan masuk ke dalam lautmu. Menyelam dan mengintip sebentar duniamu. Tapi aku tidak bisa dan memilih telentang di sini, di bibir pantaimu. Kugenggam sedikit pasir basah yang mengelilingi tubuhku. Andai, aku bisa menggenggam mimpiku itu seperti ini. Andai aku bisa menggenggam tanganmu seperti ini. Tapi, aku selalu tak bisa. Aku memilih untuk melepasmu. Selalu. Kupejamkan mata untuk merasai hadirmu. Itulah aku pada beberapa tahun lalu.
***