Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Sabtu, November 29, 2008

dan semuanya,,
akan tiba pada waktunya...

saat kita
harus berjalan berbeda arah,,

saling membelakangi,,,


dan menyisakan punggung
untuk dilihati,,,

Jumat, November 21, 2008

sekedar coretan....pengisi waktu,,


apa aku terlalu sederhana dengan kesukaanku???

aku tidak tahu,,,
tapi, mereka begitu indah di mataku...
sepasang yang menjadi indah dengan kebersamaannya,
sepasang yang menjadi indah karena saling melengkapi kekurangannya,

mereka sepasang merpati
yang sering terbang dan hinggap di depan rumahku,..
di atas salah satu dahan dari cabang di pohon mangga rumahku,,

mereka adalah sepasang melati yang baru mekar kemarin pagi,,,
sangat segar ketika tetes embun mengenai
dan jatuh mengenai kelopak mahkota mereka,,,
begitu segar dan membuat mata begitu nyaman saat memandangnya,
hanya, terkadang tangan-tangan nakal keponakan dan sepupu sering mengusili mereka,
memetik dan menjadikannya hiasan di rambut mereka..
menjadikan mereka hiasan di vas bunga untuk meja ruang tamu,,
atau hanya untuk dicuri wanginya dan dibiarkan layu begitu saja,,,

aku suka melihat sepasang yang sedang berboncengan dengan sepeda tua mereka,,
terlihat indah di mataku,
dengan kesederhanaan mereka,,,
ah, bukan...aku lebih suka menyebutnya dengan istilah 'keromantisan mereka'..
dengan senyum sederhana,,,
dengan mata yang sederhana...
dengan sentuhan yang sederhana,,,
mungkin juga dengan pelukan yang sederhana...

ah, begitu indah...
begitu indah...
begitu sederhana..
begitu romantisnya,,,

kamu tahu,,,???
aku ingin mengajak kekasihku nanti bersepeda 'onthel'
mengelilingi desaku,,,
meski desaku tidak lagi seperti dulu...
aku ingin mengajaknya menikmati setiap lorong yang sering kunikmati semasa aku kecil,,
menikamati senja yang mulai menua,,,
menikmati angin pesisir yang terkadang amis,,,
dengan sepeda angin...
ya,sepeda onthel saja...

pasti akan terlihat lebih indah...
di mataku,,,

Senin, November 10, 2008

rintik hujan...


ehmmm....
wangi sekali bau tanah yang terguyur air hujan siang ini...
mengingatkanku pada sebuah tempat yang begitu damai...

ahh, dan aku kembali sendiri...sepi,,,
aku suka sendiri, sangat suka...tapi, bukankah sebagai manusia dan layaknya manusia normal lainnya aku juga ingin ditemani...sudahlah, tak baik juga jika aku terlalu larut dalam sepi ini...
bukankah akan lebih baik jika kunikmati saja sepi...ku ajak berdansa dan menikmati rintik hujan yang kemudian menjadi deras di luar sana....

ahh,,hujan...
selalu romantis...bukankah begitu juga yang kau rasa??
dalam film-film yang seringkali ditayangkan di televisi, hujan selalu membawa suasana yang romantis. hujan sering dibarengi dengan pertemuan antara sepasang kekasih, atau mungkin juga hati yang sedang patah hati. tapi, terkadang juga membawa suasana horor dan mistis...hee....(hati-hati di belakangmu...)

ehm...dan bagiku hujan adalah satu keindahan tersendiri. bukan karena suasana romantis atau horor yang mungkin ada karenanya, tapi hujan bisa menemaniku... seperti sekarang ini, saat aku sendiri dan tanpa teman yang bisa ku ajak berbagi cerita,,,tiba-tiba hujan turun dan menjadi teman yang setia di sini, menemani telingaku dengan suara gemericik air yang turun ke bumi. padahal tadi suasana begitu panasnya,,,

hujan....

Minggu, November 09, 2008

TEMBANG ILALANG: "SEBUAH KIDUNG MESRA PERJUANGAN BANGSA"

Judul Buku : Tembang Ilalang ‘Pergolakan Cinta Melawan Tirani’
Penulis : MD. Aminudin
Penerbit : Semesta
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2008
Tebal Buku : 510 Halaman
Harga Buku : Rp 54.000,00

“Tetapi Soekarno sendiri telah membuka tangannya bagi kerja sama dengan jepang.”
“Tak ada hak bagi Soekarno melakukan itu!”
“Tuan tak mengakui Soekarno sebagai duta rakyat?”
“Tidak pantas disebut duta jika ia membiarkan puluhan ribu rakyat buat dijadikan pekerja paksa….” (halaman 415).

Demikianlah, sebuah potongan dialog yang dimunculkan oleh Aminudin dalam Novel Tembang Ilalang yang baru diluncurkan bulan Agustus ini. Sebuah novel yang mengangkat tajuk Pergolakan cinta Melawan Tirani ini hadir sebagai novel yang menghadirkan warna baru dalam dunia sastra Indonesia. Sebelumnya, dengan mengusung genre yang sama yaitu novel islami yang mengambil latar belakang sejarah bangsa Indonesia, hadir pula De Winst karya Afifah Afra yang terbit pada awal tahun lalu.
Tembang Ilalang menyajikan sebuah cerita yang berbeda dengan novel-novel islami pernah terbit sebelumnya. Lewat tokoh Asroel, Rukmini, dan Larto, Aminudin berusaha menggambarkan bagaimana perjuangan dan liku keidupan yang dialami oleh rakyat Indonesia zaman penjajahan Belanda sampai Jepang. Jika pada masa awal perkembangannya, novel islami menggunakan kata-kata yang tegas untuk mendeskripsikan ajaran Islam, novel ini berbeda. Tembang Ilalang mengajak pembaca untuk menikmati dan merasakan betapa indahnya ajaran Islam dan betapa ajaran Islam selalu menolak segala bentuk penjajahan yang ada di muka bumi ini.
Novel ini juga mengajak pembaca untuk memutar ulang pengetahuan pembaca tentang sejarah bangsa Indonesia. Tembang Ilalang mengambil setting waktu tahun 1930an sampai masa penjajahan di Indonesia yang beralih pada Jepang. Semua getir kehidupan rakyat Indonesia berusaha penulis rekam dalam novel tersebut. Maka, tidak salah jika Taufik Ismail memberikan kepada sang penulis novel. “Tidak ringan menggarap novel dengan latar belakang sejarah. Pembaca diingatkan pada bagian-bagian getir dari pengalaman bangsa. Dan itu perlu!”
Tembang Ilalang juga menyajikan sisi lain tentang perjuangan rakyat Indonesia dari kalangan bawah. Mereka yang berhadapan langsung dengan kebengisan penjajah dan tak terhitung duka yang kemudian menggelayuti kehidupan mereka selanjutnya. Pengetahuan sejarah yang berbeda dengan yang biasa kita dapatkan di sekolah-sekolah umum pun bisa kita dapatkan di sini. Penulis memberikan pertentangan yang terjadi antara kelompok merah yang biasa kita kenal dengan nama PKI (Komunis) dan kaum agama. Ada juga potongan-potongan dialog yang menggambarkan ketidakcocokan penulis dengan Soekarno yang terlalu diagung-agungkan saat masa menjelang kemerdekaan. kutipan di atas adalah salah satu contoh cuplikan dialog tersebut.
Kemahiran penulis untuk meramu antara keindahan bahasa dan sejarah bangsa ini mampu mengajak pembaca untuk ikut membayangkan bagaimana keadaan rakyat kita saat masa penjajahan dulu. betapa tragis dan ironisnya. Hanya saja, gambaran yang menggunakan deskripsi yang terlalu panjang terkadang juga membuat pembaca sedikit bosan dengan sajian oleh penulis. Untungnya, kelihaian penulis untuk kemudian menarik pembaca mampu membuat pembaca kembali menikmati cerita yang disajikan.
Novel islami yang cukup mengajak pembaca kembali pada masa lalu Indonesia ini tentu saja cocok dibaca oleh siapapun. Pelajar SMA, mahasiswa, guru, dosen, sejarahwan, dan tentu saja penikmat sastra. Bahkan novel ini bisa saja membuat orang yang tidak suka dengan sejarah mulai menyukainya. Bagaimanapun juga, Tembang Ilalang telah mampu memberi warna baru dalam kesusastraan Indonesia dengan gaya baru yang dibawanya.

Selasa, November 04, 2008


pernah membayangkan kau hidup di pesisir pantai??

aku pernah membayangkannya...(ini bukan karena aku gadis pantai, karena aku idak perlu membayangkannya bagaimana rasanya hidup di pantai)

karena aku wanita, suatu ketika aku membayangkan bahwa aku adalah istri seorang nelayan di sana...
aku akan hidup dengan cara sederhana,,memakai kain batik atau daster sambil menunggui anakku yang sedang bermain dengan teman-temannya...di pantai juga...
mereka biasa main petak umpet di antara kapal-kapal yang sedang melempar sauh,, atau bermain di pinggian pantai saat bulan purnama sedang bersinar dengan terangnya...
aku bersama ibu-ibu nelayan yang lain juga akan berkumpul bersama,,menanti kedatangan suami tercinta...

sambil menunggu suami terkasih, aku akan merajut jala yang mungkin sudah bolong-bolong karena dimakan usia...bagaimana lagi, kami hanya bisa hidup sederhana dan jala ini adalah sahabat setia...maka, aku akan merawatnya....
jika suami berangkat pada subuh hari aku akan menyiapkan bekal di malam sebelumnya, sambil kuingatkan aga tidak lupa shalat saat sedang berada di perahu nanti...karena bagaimanapun rejeki itu sudah ada yang mengatur dan tugas kita untuk selalu ingat sang pemberi rejeki...suamiku hanya tersenyum karena aku selalu mengulangi pesan yang sama saat menjelang keberangkatannya....
jika sore telah tiba akan kukunjungi pantai, menjempu kekasih yang mungkin akan datang...menunggu senja yang mulai terganti malam...
lalu jika sebuah perahu menepi, akan kusambut kedatangannya...
tangan-tangan kekar yang senantiasa mengayomi keluarga itu akan aku kecup mesra sebagai tanda baktiku padanya...senyum dan mata teduhnya akan selalu membuatku bahagia, betapa aku bangga menjadi istri seorang nelayan sepertinya...

...jauh di seberang



kenapa datang dan berlalu begitu saja,,
hanya mengatakan maksud hatimu...
tapi kenapa tak tanya tentang hatiku,,,

suatu malam kau datang
dan menyuruhku menunggu...
membawa kisah masa kecil kita,,
membawa mimpi yang ingin kujadikan nyata

kau yang di negeri seberang,
kau yang jauh di negeri orang,,,

kau tahu aku tidak pandai merangkai kata....
nyatanya,,,
aku hanya seorang hawa
yang mungkin merasa cinta..
hingga takut kehilangan rasa...