Pesan untukmu,,,

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Anak Semua Bangsa-Pramudya Ananta Toer)

Jumat, Oktober 31, 2008

aku pulang,,,,


alhamdulillah...
akhirnya aku akan bisa pulang hari ini..

entahlah, tumben sekali...
baru beberapa minggu saja, kangen itu sudah membuncah di sini....
padahal, waktu tiga bulanpun pernah kuhabiskan di solo dengan aneka kesibukan yang menggelayuti pundak....

ahh, aku rindu rumahku...rindu dengan senyum ibuku...
dengan cerewetnya simbahku....
dengan tawa bapakku...
dengan semua yang ada di sana....

dan untuk cinta pertamaku...
akan segera kutemui kau di sana...
tunggu aku,,,banyak cerita yang ingin kubagi denganmu..

aku rindu....

Bukan Lagi Mimpi, Gaji Guru Naik 100%

Para guru agaknya sedang bersenang hati dengan adanya keputusan dari Panitia Kerja (Panja) Belanja Pusat Panitia Anggaran DPR yang menyetujui kenaikan gaji guru hingga 100%. Tahun 2009 sebagai tahun pemberlakuan kebijakan tersebut pastinya ditunggu-tunggu oleh para guru kita. Bagaimana tidak? Mereka akan mendapatkan gaji yang dua kali lipat besarnya daripada jumlah yang mereka dapatkan. Kebahagiaan yang lebih tentunya adalah milik mereka yang sudah lolos sertifikasi. Bisa dikatakan, tergantikan sudah perjuangan mereka saat harus mendapatkan sertifikasi dari dinas dengan adanya keputusan tersebut.
Sebenarnya, kenaikan gaji guru yang hingga 100% ini merupakan hasil dari perjuangan lobi-lobi panjang yang dilakukan kepada pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya. Sedikit demi sedikit dan secara berkala, guru akhirnya bisa menikmati gaji yang cukup untuk menjamin kesejahteraan hidup mereka dan keluarga. Bahkan, guru yang mengabdi di daerah terpencil akan mendapatkan ’penghargaan’ yang lebih untuk menghargai usaha dan dedikasi mereka dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Dari tahun ke tahun pemerintah memang memperlihatkan itikad baik sebagai bentuk usaha menyejahterakan para pendidik bangsa. Tercatat bahwa pada tahun 2000 ada kenaikan tunjangan fungsional guru yang naik hingga 150% dan pada tahun 2007 kemarin pemerintah mulai menerapkan tunjangan profesi guru yang besarnya sama dengan gaji pokok dengan syarat lulus sertifikasi.
Adanya kenaikan gaji guru pada tahun 2009 mendatang juga disinyalir akan mampu meningkatkan minat para pencari pekerjaan untuk melirik guru sebagai profesi yang akan mereka pilih. Dan untuk mendapatkan tenaga pendidik yang benar-benar ’mumpuni’ tentunya LPTK sebagai lembaga pencetak tenaga kependidikan harus melakukan seleksi dan tes yang ketat agar keluaran LPTK nanti bisa menjadi pendidik yang benar-benar bisa diandalkan.
Maka, cukup berbangga hatilah yang memilih profesi guru. Setidaknya, keputusan yang dibuat pemerintah kali ini akan mampu meningkatkan citra profesi pendidik yang sebelumnya mungkin dipandang sebelah mata oleh para pelamar kerja,misalnya. Semoga langkah dan keputusan ini juga akan mampu membuat para guru semakin giat meningkatkan tingkat profesionalitas yang mereka miliki untuk mendharmabaktikan ilmu mereka sebagai penerang kehidupan bangsa.

sepiku,,,



Ahh…
Sepi, hanya itu yang kurasai di sini. Sungguh, aku benci dengan keadaan yang seperti ini. Aku memang suka sendiri. Terkadang lebih memilih menyepi dan terasing di antara manusia yang sering membicarakan dunia. Tapi, aku tidak suka dengan sepi yang begini....

Aku benci...

Kalau sudah begini aku selalu rindu dengan laut...memandangnya pasti akan membuatku lebih baik. Meski aku hanya akan diam menatapnya atau terkadang bicara sendiri dengannya. Ya, itu akan mampu menyegarkan otakku yang mulai kaku....
Laut...pantai...entahlah, aku begitu menyukai tempat tersebut...
Meski aku ini gadis pantai, api aku idak pernah bosan untuk duduk memandanginya...layaknya bertemu dengan kekasih, aku selalu senang mnghirup bau amis udaranya...sangat suka...
Dulu, ketika aku masih kecil bersama dengan teman-teman pantaiku kami mengukir kenangan yang begitu indah....
Saat pagi hari, setelah subuh...kami ke laut bersama, bermain...kami menyebutnya ’dus-dusan’...dingin dan hawa laut membuat tubuh-tubuh kecil kami agak menggigil, tapi begitulah kami..,anak pantai... kemudian, kami akan menunggu sebentar, berdiam diri dekat perahu atau menunggu kapal-kapal besar menepi... setelah itu, kami ramai meminta ikan pada nelayan yang baru saja pulang dari berlayar... satu kesenangan ketika mampu mendapatkan jumlah ikan yang lebih banyak daripada teman yang lain.... dan aku selalu menang di antara teman-teman wanita,,tentu saja, teman-teman lelakiku akan lebih banyak dapat ikan, karena mereka bisa berenang mendatangi kapal... kami pulang dengan senyum kemenangan......

Siang hari, saat pulang sekolah dan waktunya musim rumput laut...(kami menyebutnya ’Lato’) kami akan pergi ke laut lagi, berenang dan mencarinya...setelah itu dimakan bareng2...ah, aku rindu suasana itu....entah kemana kawan-kawan kecilku itu...

Suatu ketika, aku bermimpi bisa mengelilingi laut...melihat kedalamannya, ingin keliling dunia lewat laut...andai ada yang bisa mengajakku untuk itu....

Rabu, Oktober 29, 2008

untuk sahabatku,,,


kita adalah serpihan-sepihan asa itu, kawan...
jangan pernah merasa berjalan sendiri,,
ingatlah bahwa aku selalu ada di sampingmu....

mungkin aku juga kadang di belakangmu,
karena terkadang
aku juga bisa berjalan lambat..

tapi, yakinlah...
aku selalu mendukungmu...

kita adalah amunisi itu, kawan...
jadi jangan lemah...
jangan pernah termakan waktu
meski lama kita bersentuhan dengan dunia

lihatlah,..
bukankah sang surya menunggu
langkah-langkah kita...

aku selalu di sampingmu,,,
untuk itu...

kalian telah memberi warna tersendiri,,
telah melukis satu nuansa
dan telah menempati satu ruang di sini,,,

Minggu, Oktober 26, 2008

Antara seorang gadis dan pemuda,,,


seorang gadis bertanya kepada seorang pemuda.,,
"apakah aku cantik?"
dan si pemuda menjawab,
"kamu tidak cantik"

kemudian, gadis itu kembali bertanya,
"apakah kau akan menemaniku?"
dan si pemuda menjawab lagi,
"tidak", sambil menggeleng...

sang gadis bertanya lagi,
"apakah kau mencintaiku?"
dan si pemuda untuk kesekian kalinya menjawab,
"Tidak".

kemudian sang gadis menangis...
ia sangat sedih dengan jawaban pemuda itu
ia hendak berlari...
tapi, ketika ia pergi
sang pemuda mengurungkannya
dan meraih tangan si gadis....

"kamu tidak cantik...ayu tidak hanya pada wajahmu
tapi juga dalam hatimu...."
"aku tidak hanya akan menemanimu, tapi aku akan
selalu ada bersamamu...."
"aku tidak hanya mencintaimu,,,tapi aku
sangat menyayangimu...."

gadis itu diam,
lalu melanjutkan tangisnya....
memukul pundak pemuda itu,,,

dan cinta,,memang ada di antara
mereka....


Biarlah ini menjadi kata terakhirku,,
bahwa aku percaya pada cintamu.....
(Rabindranath Tagore)*

sepotong sajak yang kutemukan di kamar kos,,


Ya Allah, jika aku jatuh cinta...
cintakanlah aku pada seseorang
yang melabuhkan cintanya pada-Mu
agar bertambah kekuatanku
untuk mencintaimu....

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta...
jagalah cintaku padanya
agar tak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati...
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu
agar tidak terjatuh aku pada jurang cinta semu...

Ya Robbana, jika aku jatuh hati...
jagalah hatiku padanya
agar tidak berpaling aku dari hati-Mu

Ya Robbul Izzati, jika aku rindu...
rindukanlah aku pada seseorang
yang merindu syahid di jalan-Mu
dan jagalah rinduku padanya
agar tidak lalai aku dalam merindu surga-Mu...

Ya Allah, jika aku rindu...
jangan biarkan aku melampaui batas
sehingga aku melupakan cinta hakiki
dan rindu abadi, hanya untuk-Mu
Robbul Izzati....


untuk seseorang: Maafkan jika hatiku keruh saat menunggumu
......

betapa nilai seseorang baru terasa
justru ketika dia telah tiada

aku pernah kehilangan kamu,
dan tak ingin kuulangi lagi

kamu...???
apakah pernah merasa kehilangan aku,
mungkin suatu saat nanti...

ketika aku tiba-tiba pergi
dan meninggalkanmu...

baru kau sadari,,
seberapa besar artiku..
bagimu,,,

Laut.....


aku ingin laut.,
ingin ombak
ingin angin...
ingin asinnya hawa,,,
ingin amisnya udara,,,
ingin bercerita dengan laut

ingin...
ingin...
ingin laut,,,

aku rindu laut....

Selarik Sajak,,,Ajib Rosidi


di suatu tempat, entah di mana...
di dunia,,,,
seseorang menunggumu,
berdoa seperti doa yang kau ucapkan
sehabis sholat....

pada suatu saat, entah...
di dunia,,,,
seseorang merinduimu,
berjaga-jaga seperti malam-malammu
yang berlalu sangat lambat....

seseorang menunggu, merindu,
berjaga dan berdoa...
di suatu tempat...pada setiap...
seperti engkau...

selalu,,,,

lelaki datang membawa cinta...
lalu pergi begitu saja,
meninggalkan sebongkah hati,,,
dengan rasa tak bernama...

apa ini...???
kelak akan kutanyakan cintanya,,,
jika telah sampai
pada suatu ketika yang dia minta
....

KRITIK SASTRA NOVEL “DILATASI MEMORI” Karya: Ari Nur Utami


Sinopsis :
Novel ini sebenarnya adalah lanjutan dari cerita dalam novel sebelumnya yang ditulis oleh penulis yang sama, yaitu Ari Nur yang berjudul Diorama Sepasang Al-Banna. Masih mengusung tema cinta pula, maka jalannya cerita dalam novel ini tidak bisa terpisahkan dari alur dalam novel pertama yang telah menjadi juara kedua sayembara menulis novel remaja Islami Mizan 2002. Banyaknya permintaan untuk lanjutan novel Diorama Sepasang Al-Banna itulah yang kemudian juga mendorong penulis untuk menulis novel Dilatasi Memori tersebut.
Cerita dimulai dari datangnya Galih, yang ternyata adalah teman kuliah Rani yang dulu pernah hampir menikahinya. Galih melihat ternyata Rani yang sudah berkeluarga dengan Ryan, suami yang begitu mencintainya dengan putra mereka Rizki. Tapi kembalinya Galih sebelumnya belum diketahui oleh keduanya setelah kemudian Galih ternyata menjadi partner kerja Rani di biro arsiteknya. Hal yang serupa ternyata juga terjadi pada Ryan, Dea, gadis yang begitu mencintainya juga dating kembali ke kehidupannya meskipun ia telah berstatus sebagai istri orang. Dea masih belum bisa merelakan dengan keadaan Ryan yang telah hidup bersama Rani. Maka, dengan usahanya ia ingin merusak rumah tangga keduanya.
Di sinilah, maka sebuah ikatan suci dalam pernikahan itu diuji. Bahwa cinta tidak cukup hanya mencintai, tapi kepercayaan dan kesetiaan sangat memegang peranan di dalamnya. Dan ketika cinta merasa dikhianati, yang menjadi pertanyaan adalah apakah dua insan yang ada di dalamnya mampu untuk membendung ujian itu dan menyelamatkan bahtera yang telah mereka bangun dengan impian mereka. Meskipun, dalam novel ini Ryan dan Rani digambarkan sebagai orang-orang yang cukup faham dengan makna cinta itu sendiri dan juga dikuatkan dengan pengetahuan mereka atas agama yang menjelaskan bahwa perceraian adalah perkara halal yang paling di benci Allah SWT.
Novel ini diakhiri dengan kembalinya dua hati itu dengan kesadaran atas kesalahpahaman yang terjadi dan kesadaran bahwa keduanya memang saling mencintai dan membutuhkan. Adanya putra tercinta juga membuat Ryan dan Rani untuk yakin kembali menata kehidupan mereka dengan lebih baik setelah ujian berat yang menimpa rumah tangga mereka.
Alur :
Secara umum, penggambaran alur dalam novel ini adalah alur maju, tapi dalam beberapa bagian cerita terdapat penggunaan alur mundur (flashback), seperti yang terdapat pada halaman 77-81, saat diceritakan tentang Rani yang bertemu dengan Galih untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun mereka tidak bertemu sejak keputusan Galih untuk tidak menikahi Rani karena memilih gadis lain. Kenangan Rani kembali ke masa sembilan tahun yang telah lewat itu.

Untuk berapa lamanya mereka saling terdiam. Ada kepingan-kepingan memori yang tiba-tiba datang berhamburan, dilatari sebuah bangunan kampus dan tawa-tawa keceriaan. Juga ada keeping-keping kebencian, kepingan kesedihan……(hal 78)

Tokoh :
Penokohan yang terdapat dalam novel Dilatasi Memori adalah:
a. Protagonis
• Ryan : laki-laki pendiam, cerdas, cinta keluarga meski kadang sulit mengungkapkannya, sering gengsi bahkan dengan istrinya sendiri.

Aku bukan malaikat. Aku hanya manusia biasa yang sangat rentan berbuat salah. Banyak orang bilang aku ini jenius, kaya dan sebagainya, tapi aku tidak merasakan efek semuanya itu……kamu dan rifki adalah amanahku. Bantu aku untuk menghadapi pertanggungjawabanku di akhirat nanti. Aku mohon kerjasamamu, karena aku takkan mampu sendirian……(hal 62)

• Rani : istri yang cerdas, kadang polos, cinta keluarga pula, dan kadang juga mudah lemah.

Rani bisa merasakan detak jantung Ryan yang berdebaran. Ia suka detak jantung itu. Detak jantung yang suka ia dengarkan jika sedang lelah atau sedih. Ryan selalu menyediakan dada atau bahunya untuk sekadar bersandar, kapanpun ia butuh……(hal 60)

b. Antagonis
• Galih: Teman kuliah Rani yang dulu sempat berencana menikahinya, tapi gagal. Setelah kembali dalam kehidupan keluarga Rani, ia sempat berpikir untuk merebut Rani dari Ryan meski pada akhirnya ia sadar.
• Dea: Mantan kekasih Ryan, yang mash punya ambisi intuk menguasai Ryan setelah menikah dengan Rani, tapi akhirnya juga ia mengalami peristiwa yang membuatnya sadar dengan kesalahannya.
c. Tritagonis
• Siva: Sahabat Rani ketika ia masih menjadi pegawai di kantor biro arsitek Kan Petra. Lembut, baik hati, setia kawan dan siap membantu.

Setting :
Kebanyakan setting tempat yang terdapat dalam novel ini adalah kantir arsitek dan di rumah, selai di desa Rani. Setting waktu juga tergantung pada jalannya cerita, pagi, siang, sore, malam, semuanya digunakan. Secara tepat peremuan antara Rani dan Galih kembali adalah selang waktu 9 tahun setelah Rani lulus kuliah. Sedangkan suasana yang dipakai adalah romantis, senang, sedih, haru dan pertengkaran.
Nilai Didik :
Dalam novel Dilatasi Memori terdapat beberapa hal yang pantas dijadikan sebagai amanah, pesan atau nilai didik yang bisa dipetik oleh pembacanya. Nilai-nilai didik tersebut antara lain:
• Tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik. Pendidikan kepada anak seharusnya tidak memaksakan pendidikan yang formal saja, bersatu dan bermain dengan alam akan membuat psikologi dan perkembangan mental anak menjadi lebih baik. Selain itu juga akan membuat anak untuk cinta pada alam di sekitarnya dan tidak hanya mengenal ilmu dari teori-teori yang dikenal di sekolahnya. Saat anak masih kecil juga jangan dijejali dengan teori-teori yang sudah pasti, tapi biarkan mereka bermain dalam dunianya sendiri agar imajinasi mereka bisa tersusun dengan baik sejak mereka kecil.
• Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan sikap setia dan percaya kepada pasangannya. Apalagi ketika ada ujian yang melanda rumah tangga tersebut, maka menjadi kewajiban kedua manusia yang ada di dalamnya untuk mempertahankan hubungan yang telah mereka jalin agar tetap utuh dan tidak terpisah. Sikap percaya dan setia inilah yang akan menjadi modal dalam mempertahankan rumah tangga mereka agar tetap tangguh selama ujian tersebut terjadi.
• Muhasabah atau evaluasi yang dilakukan dalam setiap hal yang telah dilakukan akan memberikan koreksi membangun yang diharapkan nantinya akan membuat langkah yang diambil selanjutnya adalah langkah yang lebih baik dan membawa kemajuan.
• Keteguhan hati sangat diperlukan saat menjalin hubungan agar tidak mudah memikirkan untuk berpaling kepada orang lain saat hati memang sudah berkomitmen untuk menjalin hubungan suami istri yang terjalin dalam ikatan suci, pernikahan.
• Persahabatan adalah sesuatu yang indah. Sahabat adalah seseorang yang bisa hadir saat kita membutuhkan mereka, meskipun kita hanya menceritakan keluh kesah dan masalah kita. Ia juga tempat kita berbagi suka kita.
• Memikirkan hal yang akan kita kerjakan dan kita putuskan akan lebih baik bagi langkah kita selanjutnya daripada mengambil keputusan yang gegabah sehingga membuat kita menyesal di akhir perjalanan. Jadi, pikiran yang panjang dan pertimbangan yang bijaksana sangat diperlukan untuk memutuskan yang terbaik bagi semua pihak.
• Segala sesuatu hendaknya disandarkan dan dipasrahkan kepada Allah SWT (tawakal) setelah usaha dan upaya yang dilakukan sebelumnya. Ini agar kita tidak merasa kecewa atas apa yang ternyata terjadi ke depannya nanti.
Penilaian terhadap novel:
Secara umum, novel ini sudah tersusun dengan baik karena penulis mampu menciptakan alur yang baik yang mampu memberikan kejutan tersendiri bagi pembaca saat membaca tiap lembarnya. Penulis juga mampu menggunakan bahasa yang baik, apalagi jika berkaitan dengan istilah-istilah arsitektur yang menjadi salah satu keunggulan dalam novel ini, yaitu penggunaan istilah arsitektur yang begitu menarik pembaca. Kemampuan yang seperti ini adalah karena penulis sendiri adalah seorang Mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur UGM sehingga tidak menjadi hal aneh jika penulis sangat menguasai istilah-istilah tersebut.
Hal lain yang menjadi kelebihan adalah penggambaran konflik dalam rumah tangga yang berjalan begitu manusiawi dan tidak terkesan dibuat-buat. Semua cerita yang disajikan adalah kejadian-kejadian yang mungkin sekali terjadi dalam kehidupan rumah tangga, sehingga dalam rumah tangga memang dibutuhkan sikap percaya, saling memahami, dan setia pada pasangan. Penulis ingin menyampaikan bahwa dalam rumah tangga harusnya dibutuhkan hal-hal tersebut untuk menghindari kesalahpahaman.
Yang menjadi kejanggalan dalam novel ini adalah tentang karakter Rani yang digambarkan bertentangan dalam beberapa bagian novel, yaitu saat terjadi badai dalam rumah tangga Ryan dan Rani. Penulis ingin menggambarkan tentang kondisi batin Rani yang memang mengalami konflik saat ujian tersebut. Tapi penggambaran yang begitu berbeda membuat pembaca bertanya, kenapa sifat Rani seakan bertolak belakang. Mungkin menjadi wajar karena Rani memang wanita biasa yang perasaannya juga gampang peka. Tapi dengan penggambaran watak yang sebelumnya, yaitu orang yang tahu betul tentang seluk beluk Islam dan sangat percaya dengan suaminya menjadi begitu mudah untuk mengucapkan kalimat seperti:…Persiapkan sarangmu. Aku akan segera terbang ke sana (hal 181)……kepada Galih, seseorang yang juga punya peran atas konflik keluarganya. Dengan penggambaran yang seperti itu, akan menjadi pertanyaan tentang karakter Rani apakah dia benar-benar mencintai Ryan ataukah masih punya hati dengan Galih. Sikap yang seperti ini meskipun memang mungkin terjadi pada wanita karena mereka makhluk yang lembut, tapi ungkapan yang digunakan dalam novel tersebut seakan-akan menggambarkan Rani yang ceroboh, sikap yang bertentangan dengan penggambaran sebelumnya.
Jadi, diperlukan kecermatan yang lebih bagi penulis untuk menciptakan karakter dari tokoh, agar gambaran di awal tidak bertentangan dengan bagian belakang cerita yang bisa menimbulkan pertanyaan bagi para penikmatnya.

Budaya Kita, Sudah Tradisi….!!!

Masih adakah harapan untuk kita, manusia Indonesia…
-Taufik Ismail-

Negaraku kaya. Banyak sumber daya di dalamnya. Emas, intan, mutiara, ikan aneka rupa, dan jenis flora-fauna yang cantik jelita. Semuanya ada. Tapi aneh, rakyatnya miskin nelangsa. Mereka menderita di tengah gemerlapnya kilau intan mutiara. Entah apa yang terjadi pada Indonesiaku.
Negaraku memiliki rakyat yang ramah tamah. Senyum penduduknya begitu tulus, bahkan bagi orang asing yang berkunjung ke sana. Indonesiaku adalah negeri ramah yang pernah dikenal dunia. Dengan aneka budaya, beraneka rupa suku dan warga. Perbedaan ras bukan alasan munculnya perpecahan antara mereka. Semuanya sama. Karena kami Bhinneka Tunggal Eka. Satu dalam keragaman budaya bangsa.
Tapi itu dulu, sulit kutemukan masa sekarang ini masyarakatku yang tersenyum ramah. Mereka sibuk mengurus perut yang berteriak minta diisi sedangkan harga barang-barang pokok merangkak naik setiap harinya. Di sisi lain, kelompok yang punya duit malah menimbun barang kebutuhan tersebut yang makin menambah derita saudara sendiri. Seolah lupa bahwa saudaranya yang lain bisa mati kelaparan karena tidak sanggup membeli beras yang harganya membumbung tinggi. Inikah budaya kita. Budaya yang tidak ingat saudara?
Negaraku juga kaya dengan cendekiawan. Banyak lembaga yang muncul untuk mengeksplorasinya. Tapi, entah kenapa tak banyak perubahan yang dibuat mereka. Bahkan mereka hilang entah ke mana karena tak ada yang tahu rimbanya. Ke mana ilmu yang mereka dpatkan. Apa mereka endapkan begitu saja di otak mereka? Harusnya mereka sampaikan kepada Indonesia, karena rakyat negeri ini menunggunya. Apa mereka sedang istirahat sejenak, tapi aku pikir itu terlalu lama. Apa ini juga budaya kita? Lama beristirahat untuk satu hal yang berguna. Lama menggunakan waktu untuk hal yang sia-sia.
Dari golongan intelektualpun begitu, harusnya mereka yang kemudian tanggap pada rakyat. Tapi sama saja. Mahasiswa masih sibuk mencari nilai untuk mengejar kelulusan. Apatis dengan sekitar. Yang penting AKU, bukan mereka!!!
Ini hanya sebuah goresan, Saudaraku. Sebuah pertanyaan yang muncul untuk nurani kita masing-masing. Mampukah kita menjawabnya dengan sepenuh hati. Dan malukah kita ketika mendapatkan jawaban yang menggambarkan diri kita yang ternyata memalukan. Jawablah saudaraku, jawablah dengan nuranimu. Lalu buat perbaikan untuk setiap langkahmu. Semoga ini bisa menjadi sedikit sumbangsih kita untuk ibu pertiwi, yang namanya selalu kita jadikan kambing hitam atas nasib diri. Ibu sudah menunggu lama untuk kita mengubah perangai buruk, budaya kita yang telah mentradisi. Karena masih ada harapan bagi kita, manusia Indonesia…

Bahasa Indonesia,, Sudah Cintakah Kita??


Bulan kesepuluh, Oktober telah ditetapkan sebagai Bulan Bahasa. Tentu saja, bukan karena alasan historis semata untuk mengenang saat-saat heroik ketika para pendahulu negeri ini berhasil menetapkan bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional melalui ikrar Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Namun, lebih daripada itu, untuk membumikan budaya bertutur, baik lisan maupun tulisan, secara baik dan benar, sesuai dengan konteksnya.
Bahasa Indonesia telah mengalami perjalanannya selama kurang lebih 80 tahun. Delapan dasawarsa yang cukup panjang untuk untuk sebuah rajutan perjalanan menuju ke arah kemajuan bahasa. Begitu seharusnya! Namun, pada kenyataannya, dalam beberapa hal bahasa Indonesia justru mengalami fenomena yang malahmembawa ke arah kemunduran. Masalah yang terjadi di masyarakat kita membuat bahasa Indonesia mengalami masa stagnan yang cukup memprihatinkan.
Pertama, penggunaan satuan bahasa yang salah kaprah dalam media massa, baik media elektronik maupun cetak. Bahasa dalam media massa yang diyakini sebagai bentuk yang tepat kemudian ditiru secara utuh oleh masyarakat sebagai alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, kesalahan pelafalan yang dilakukan oleh para pejabat publik yang cenderung menjadi kiblat bagi bawahan dan menjadi tren dalam masyarakat kita. Misalnya, gaya salah satu mantan presiden kita yang sering melafalkan /a/ menjadi /É™/. Yang memprihatinkan adalah bahwa gaya pelafalan yang seperti ini masih saja berlanjut sampai sekarang.
Ketiga, merebaknya gaya tuturan Indonesia-English yang dimotori oleh sebagian tokoh publik. Entah pejabat, entah para artis kita. Mereka sering menggunakan bahasa “gado-gado” yang lagi-lagi cenderung ditiru oleh masyarakat kita. Pola hubungan social dalam masyarakat kita pulalah yang juga ikut menyuburkan pembusukan bahasa Indonesia kita.
Maka, ketika kita mengatakan bahwa kita mencintai bahasa Indonesia, diperlukan satu sikap untuk perkembangan bahasa Indonesia di tahun-tahun mendatang. Tentu saja, perkembangan untuk menuju ke arah yang lebih baik. Bukan sebaliknya! Anak bahasa seperti kita, pasti tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang, bukan lagi saatnya membicarakan teori tapi tunjukkan bukti itu. Bukti bahwa kita cinta bahasa Indonesia. Salah satu harta yang kita miliki!!

Sabtu, Oktober 25, 2008

"Wanita di tengah Lunturnya Nilai Budaya Jawa"


”Wanita dijajah pria sejak dulu”. Selarik syair lagu tersebut pasti telah kita kenal. Ungkapan yang singkat memang, tapi penuh dengan makna. Syair tersebut menggambarkan bahwa memang sudah menjadi kodratnya, kedudukan wanita ada di bawah pria. Wanita digariskan dengan kelembutan dan kelemahannya yang kedudukannya harus berada di bawah laki-laki yang dianggap memiliki kekuatan lebih untuk mendominasi setiap kebijakan.
Namun, seabad lebih yang lalu, Kartini telah memulai perjuangannya. Sejarah mencatat, bahwa dengan kegigihannyalah, wanita Indonesia sekarang mampu menikmati apa yang sekarang disebut dengan emansipasi wanita. Wanita berhak tampil ke depan dan tidak hanya menjadi ”rencang wingking”. Kartini berusaha agar wanita bisa mendapatkan hal-hal yang sama yang bisa didapatkan oleh pria. Pendidikan, kehormatan, dan penghargaan. Ini karena wanita di zamannya masih mendapatkan kedudukan yang kedua dalam pandangan masyarakat. Orang Jawa khususnya, karena Kartini memang hidup di sana. Pandangan orang Jawa yang membuat pendidikan bagi wanita tidak penting, membuat wanita Jawa tertinggal dari kaum pria. Keahlian mereka hanya dicukupkan pada masalah dapur dan rumah tangga saja. Itu yang penting.
Sebuah perkembangan dari perjuangan Kartini ataukah memang bentuk pemberontakan wanita? Karena sekarang banyak sekali suara-suara yang mengatasnamakan kebebasan untuk wanita. Gaungnya terdengar di mana-mana dan selalu menjadi isu yang menimbulkan kontroversi. Kaum feminis menyerukan kebebasan yang sesungguhnya untuk wanita, dalam hal apapun yang terkadang terkesan menembus batas kodrati wanita.
Dan tidak bisa dipungkiri, bahwa wanita sekarang bisa menikmati segalanya. Katakan saja seperti itu, karena kiprah wanita tidak dapat lagi disangkal keberadaannya di masa ini. Wanita muncul ke permukaan, menyamakan kedudukannya dengan kaum pria. Berani menunjukkan kekuatannya dan menunjukkan bahwa wanita juga bisa melakukan yang bisa dilakukan pria. Kemudian muncul pertanyaan, apakah ini adalah hasil perjuangan kaum feminis atau sebuah akibat dari budaya Jawa yang mulai melonggar sehingga mampu memberikan ruang gerak yang lebih bagi para wanita?
Bagaimanapun juga, suara yang berteriak lantang tentang kebebasan bagi wanita, wanita Jawa khususnya, harus disadari selalu terbentur dengan budaya Jawa yang masih memandang kedudukan wanita ada di belakang pria. Jadi, sudah berhasilkah perjuangan kaum yang mengatasnamakan perjuangan untuk kebebasan wanita sedangkan kondisi yang ada masih seperti itu? Dan masihkah harus diteriakkan lantang perjuangan kaum feminis yang memperjuangkan ’kebebasan’ bagi wanita sedangkan hasil yang didapat masih seperti ini pada masyarakat kita, masyarakat Jawa pada khususnya?

Doa untuk Tuhanku,,,.


adakah dia, Tuhan?
yang kau ciptakan untukku...

apakah dia pemuda itu....??
jikalau tidak, mohon ampuni hambamu...

yang hati ini telah cenderung padanya...
yang mata ini telah suka melihat senyumnya...
yang telinga ini suka mendengar suara dan tawanya...
yang jantung ini berdebar keras ketika mengingatnya....

bukan, Tuhan....
bukan aku ingin memberhalakan cintaku padanya
aku hanya makhlukmu...
ampuni jika hamba tak bisa menjaga hati,,,
ampuni jika hati telah terpaut janji...

hanya kumohon,,,
jika memang dia untukku,
permudah langkah-langkah kaki kami...

aku ingin bersamanya meniti jalan ini

Jumat, Oktober 24, 2008

surat perpisahan...



selamat tinggal...

telah habis waktuku merawatmu
peluk cium angin-angin lalu


mati....
tinggal orang di hati,,,

jika kau bisa, lihatlah aku lebih dekat...
kau akan mengerti...
tentang aku yang begini

Selasa, Oktober 21, 2008

Cerita Indah....


Ternyata hari ini setahun usia pernikahan aku dan dia. Ya, tepat setahun yang lalu. 14 November di Masjid Al Hikmah. Air mata haru, bahagia, dan kesadaran akan tanggung jawab yang besar yang akan menanti mengalir dari mata ini ketika dia, Latief Kusuma Arifin mengucap ijab kabul pernikahan kami. Ah, aku bukan anak-anak lagi. Ada amanah yang harus kujalani bersamanya. Membantunya menjadi nahkoda kapal kehidupan kami.
Hari ini tepat setahun. Hanya saja, aku sendiri menunggu Mas Latief datang.
***
Dan waktu terus berganti. Ia terus bergerak seiring dengan pergantian musim. Di sini, memang hanya ada dua musim. Tapi, dalam istana cintaku selalu ada musim semi. Musim saat cinta antara aku dan suamiku tumbuh subur. Muncul tunas-tunas kecil yang membuat hijau dan indah cintaku. Tak terasa pula ketiga buah cinta kami beranjak remaja dan dewasa. Ya. Mereka bukan kanak-kanak lagi.
Kemal beranjak dewasa dengan badannya yang tinggi gagah. Ia mewarisi senyum manis ayahnya. Tak ayal ia menjadi pusat perhatian gadis-gadis seusianya. Ya, pemuda kami itu sekarang telah berusia 20 tahun. Usia yang benar-benar membuat pemuda kelihatan gagah dan sekaligus usia yang rentan dengan masalah-masalah hati. Nisa, gadis manis yang tangguh untuk seukurannya. Gadisku telah menginjak usia 18 tahun. Ia sedang berada di akhir-akhir masa sekolah di SMA. Tentu saja, ia meyakinkan aku dan mas Latief bahwa ia akan menjadi kebanggaan kami saat pengumuman kelulusan terpampang. Sekarang ini Nisa sedang menenggelamkan dirinya dalam soal-soal latihan ujian. Tentu saja karena ujian tinggal empat bulan lagi. Tapi, jangan ditanya juga, ia tetap aktif dalam kegiatan sekolah dan sering jadi tempat bertanya adik kelasnya. Putriku juga telah memilih target PTN yang ingin dimasuki selepas SMA. Katanya, ia ingin kuliah sama kakaknya. Amien. Aku dan Mas Latief selalu mendukung langkah tersebut dan menebarkan doa di dalamnya.
Lain lagi dengan anakku yang terakhir, si lincah Laila. Ia menjadi gadis yang sangat energik. Ia tidak bisa diam dan selalu mencari aktifitas. Karena itulah seabrek kegiatan dan predikat ia sandang. Sama dengan Nisa, Laila juga memasuki masa-masa akhir di SMP. Aku melihat diriku dalam dirinya, Citra kecil, gurau suamiku jika ia mendengar dan melihat tingkah polah Laila. Seperti obrolan usai makan malam itu saat semua permata hatiku bisa berkumpul,
“Laila sayang, tadi kata Nur kamu habis berantem ya disekolah?”, tanyaku membuka percakapan di antara kami.
“Ehm...memang Nur cerita apa bu?”, jawabnya lumayan kaget karena waktu itu ia sedang melihat televisi.
“Lho, ibu tanya kok malah balik nanya. Hayoo, dijawab dulu dong sayang?”,
“Ehm... ya, bu. Tapi Laila ga salah kok. Laila cuma pengen jujur aja. Andre yang nakal dan usil. Nyontek waktu ulangan. Padahal tadi kan ulangan penting buat kelulusan nanti”, jawab Laila dengan panjang lebar. Aku tahu ia tidak berbohong. Apalagi dengan jawaban yang sepanjang itu. Meski Laila pintar, ia bukan tipe anak yang pintar ngeles. Aku tersenyum mendengar jawabannya.
“Dik Laila masih nakal to rupanya? Katanya mau latihan jadi gadis kalem?”, goda Kemal dengan senyum manisnya pada Laila.
“Ih, kok Mas Kemal gitu. Bener kok. Aku ga bohong. Kalem kan ada waktunya hee....ya kan, Bu”, jawab Laila seraya menghambur ke pangkuanku. Ia memang tetap gadis kecilku yang manja.
“Iya sayang, tapi jangan keseringan lho. Mending tadi dilaporkan saja sama pak guru. Ga usah pake acara berantem segala”, jawabku sambil mengelus rambut hitamnya.
“Iya lho dek, nanti kamu kapan jadi kalemnya kalau berantem terus. Kan mau SMA lho”, sahut Nisa yang dari tadi masih konsen melihat TV.
“Ehm, udah kok. Tadi dah taklaporkan ke pak guru. Si Andre ketahuan akhirnya. Kalau masalah kalem nanti kan bisa belajar sama ibu. Ya kan Ibuku sayang”, ia merayuku sambil memainkan mata dan bibirnya. Aku hanya tersenyum, tapi Mas Latief malah mengomentarinya, “Laila memang seperti ibu kalian waktu masih kecil dulu. Ga mau diem kalau ada yang salah. Cuma sering nangis juga “, ungkap Mas Latief sambil main mata denganku dan menebarkan senyum manisnya ke anak-anak. Tentu saja anak-anak jadi tertarik dan bertanya balik. Aku hanya mengangguk dan tersenyum pada mereka.
“Tapi, akhirnya gadis energik itu ngaku kalah juga dengan ayah kalian ini. Dan mau hidup bersama dengan ayah yang tampan ini”, lanjut suamiku. Kontan saja anak-anak jadi ramai sendiri. Tepuk tangan dan ciuman Laila mendarat di pipiku. Ah, suasana yang begini indah. Aku tak ingin kehilangan satu detikpun bersama mereka, suami dan anak-anakku. Istana cintaku.
***
Malam dihiasi dengan rintik gerimis sejak sore. Keluargaku tetap hangat dengan hati yang terselimuti oleh cinta. Aku tahu, bahagia tidak akan selamanya. Tapi sebisa mungkin aku dan suamiku bersama dengan ketiga buah cinta kami akan mengatasi masalah yang ada bersama-sama. Menikmati setiap problem kehidupan yang ada.
“Sayang kok di sini. Ditutup gordennya. Sudah malam juga kok. Tuh, anak-anak sudah tidur”, suara lembut suamiku membuyarkan lamunanku yang dari tadi menikmati gerimis lewat jendela.
“Ya, Mas. Ini juga mau ditutup gordennya kok”, jawabku. Dari belakang suamiku memelukku mesra. Aku sangat hafal dengan kehangatan dan nafas yang telah memberiku cinta di lebih separo hidupku ini. Ia pasti memelukku dengan senyum manis di bibirnya.
Aku berbalik, balas memeluknya. Sebentar kemudian ia mencium keningku. Hangat terasa di sana. “Terimakasih, Cinta”, ujarnya dengan tatapan sayang.
“Aku mencintaimu, Mas. Semoga titipan ini bisa kita jaga dan menambah kebahagiaan kita”, jawabku setelah memberi ciuman kecil padanya.
Ah, malam-malam yang hangat penuh dengan cinta menjadi penghias rumah tanggaku. Membuat semakin subur cinta antara aku dan suamiku. Sepasang anak manusia yang sedang mengeja makna cinta dan kehidupan.
***

Pengaruh Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Anak Usia Dini Terhadap Sikap Nasionalisme Bangsa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua manusia termasuk mereka yang hidup di daerah terpencil menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi. Bahasa menjadi sangat penting karena apapun yang dilakukan oleh manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya adalah dengan media ini. Manusia saling berinteraksi dengan sesamanya dengan berbicara. Berbicara langsung (dengan lisan) dengan saling bertatap muka, berbicara melalui telepon atau mungkin cukup dengan menggunakan fasilitas handphone, dengan sms, misalnya.
Penggunaan bahasa bagi manusia merupakan satu fenomena yang bersifat universal. Banyaknya jumlah bahasa yang ada di dunia menyebabkan munculnya perbedaan-perbedaan di antara bahasa-bahasa tersebut. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan karena bahasa merupakan suatu convention (kesepakatan umum) dan bersifat arbitrary (manasuka).
Faktor lain yang menyebabkan perbedaan di antara bahasa-bahasa yang digunakan oleh manusia adalah faktor budaya dan cuaca. Misalnya saja, orang Indonesia yang memunyai budaya menanam padi di sawah telah membuat satu kesepakatan umum mengenai gabah, padi, dan beras untuk menggambarkan budaya menanam padi tersebut. Sementara itu, Perancis yang tidak mengenal budaya menanam padi di sawah hanya mengenal satu kata, yaitu le riz untuk menerjemahkan ketiga kata dalam bahasa Indonesia tersebut. Demikian pula sebaliknya, di dalam bahasa Perancis dikenal kata-kata pinard, vin, dan eau de vie untuk menggambarkan budaya menanam anggur. Tapi tidak dengan bahasa Indonesia yang hanya mengenal satu kata saja, yaitu anggur.
Biasanya, setiap orang hanya mampu berbicara dengan menggunakan satu bahasa saja, yaitu bahasa yang ia peroleh secara otomatis dan wajar karena biasa digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh orang-orang yang berada dalam kelompok masyarakatnya. Ia tidak memahami bahasa-bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh orang yang berada di luar lingkungan kelompok masyarakatnya. Bahasa yang didapatkan pertama dan diperoleh secara alamiah dan wajar sejak lahir ini kemudian disebut bahasa ibu atau bahasa pertama. Sedangkan, bahasa di luar kelompoknya yang kemudian ia kenal dan pelajari menjadi bahasa pengantar baginya yang disebut dengan bahasa kedua. Dalam pembahasan selanjutnya, bahasa kedua dalam tulisan ini mengacu pada bahasa Inggris.
Pemerolehan bahasa selalu berkembang sepanjang hayat. Dari masa bayi sampai manusia dewasa dan tua, manusia akan mengalami perkembangan pada kemampuan bahasanya. Sedangkan, masa yang paling penting dan ideal untuk pengajaran bahasa adalah jika bahasa tersebut diberikan sejak anak masih berusia kanak-kanak.
Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, sekarang ini banyak orang tua yang begitu antusias mendaftarkan anaknya untuk mempelajari bahasa Inggris. Alasannya bermacam-macam, agar anaknya pandai berbicara dalam bahasa Inggris, karena globalisasi sampai pada alasan karena adanya gengsi.
Pembelajaran bahasa asing tersebut, terutama bahasa Inggris akhirnya membawa dampak bagi sang anak. Bagi pemerolehan bahasa anak dan juga pada pribadi anak yang menjadi tidak begitu mengenal bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah sebagai bahasa yang ia kenal pertama kali dalam hidupnya. Lunturnya nilai nasionalisme dan cinta tanah air kemudian menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah ini karena adanya pembelajaran bahasa Inggris yang diberikan kepada anak sejak mereka masih usia kanak-kanak.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh pengajaran bahasa Inggris terhadap pemerolehan bahasa anak?
2. Bagaimana pengaruh pengajaran bahasa Inggris bagi anak terhadap nasionalisme dan kebanggaan pada bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengaruh pengajaran bahasa Inggris terhadap kemampuan bahasa anak.
2. Mendeskripsikan pengaruh pengajaran bahasa Inggris terhadap nasionalisme dan kebanggaan pada bahasa daerah dan nasional, jika bahasa Inggris diajarkan sejak usia kanak-kanak.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil tulisan ini dapat digunakan untuk:
a. mengetahui pengaruh pengajaran bahasa Inggris terhadap pemerolehan bahasa anak,
b. mengetahui pengaruh pengajaran bahasa Inggris terhadap nasionalisme bangsa dan kebanggaan pada bahasa daerah dan bahasa Indonesia,
c. menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa dan pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang tua
1) Menjadi hal yang perlu diperhatikan ketika akan memberikan pendidikan bahasa asing kepada anak.
2) Membuat orang tua ikut menanamkan rasa cinta tanah air dan budaya Indonesia, seperti bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan profesinya.
2) Menjadi perhatian bagi guru, khususnya guru bahasa Inggris agar dalam proses pengajaran bahasa asing tetap memberikan pengertian dan kebanggan terhadap budaya dan bahasa dalam negeri
c. Bagi Anak(Siswa)
1) Memahami bahwa penguasaan terhadap bahasa asing tidak harus membuatnya melupakan budaya dalam negeri, misalnya terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
2) Menjaga rasa cinta tanah air dan nasionalisme bangsa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahasa Indonesia dalam Sejarahnya
Bahasa Indonesia telah menjadi bagian yang panjang dari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak ditetapkan menjadi bahasa persatuan dan bahasa resmi negara pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia memunyai peranan penting bagi bangsa Indonesia. Peran yang besar, baik di masa penjajahan, kemerdekaan maupun masa pembangunan seperti sekarang ini. Bahasa Indonesia mampu mempersatukan bangsa Indonesia dan membuatnya sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bahasa Indonesia pula yang mampu mempersatukan daerah di Indonesia sehingga timbul kesadaran nasional yang menjadi semangat dalam mengusir penjajah dari negeri ini. Perkembangan menjadi sangat pesat waktu itu karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai rakyat dan bangsa Indonesia.
Meskipun, pada awalnya timbul keraguan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, yaitu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan atau ilmu pengetahuan. Tapi, semangat rakyat dan keinginan untuk bersatu membuat banyak istilah ilmu pengetahuan lahir. Hal ini seperti dijelaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia pada tahun 1938 di Solo. Semangat anti Belanda sangat kental dan pertemuan tersebut menghasilkan istilah belah ketupat, jajaran genjang bagi bidang geometri (http://cesarzc.wordpress.com/2007/06/16/ banggalah-berbahasa-indonesia/).
Bahasa Indonesia kemudian terus berkembang, sehingga pada 1953 kamus Bahasa Indonesia yang memuat 23.000 kata muncul untuk pertama kalinya yang disusun oleh Poerwodarminta. Pada tahun 1976, muncul kamus kedua dengan hanya penambahan 1000 kosakata saja, dilanjutkan dengan penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia yang pertama pada tahun 1972. pada tahun 1980an terjadi kekhawatiran dari pemerintah karena adanya peledakan ekonomi yang luar biasa hingga membuat banyaknya produk asing yang masuk. Dan pada tahun 1995 terjadi pencanangan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Keterpurukan kembali timbul ketika reformasi terjadi, yaitu dengan maraknya penggunaan bahasa-bahasa asing dan pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa di luarnya. Adanya media ikut mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang salah. Apalagi, kalangan remaja dan pelajar memunyai bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah yang sering disebut dengan bahasa gaul.
Perkembangan bahasa Indonesia selalu mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi membuat penyebaran bahasa Indonesia ke pelosok semakin mudah dan berkembang pesat. Adanya teknologi juga membuat bahasa Indonesia semakin dikenal di masyarakat. Jika pada awalnya, masyarakat Indonesia yang multietnis, multiras, multisuku, dan multiagama susah bergaul, dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan membuat semua elemen tersebut dapat berkomunikasi satu sama lain.
Kemunduran dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia terjadi karena adanya dampak globalisasi dan pengaruh dari negara-negara besar, seperti Amerika Serikat. Pengaruh yang ada telah membuat bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan di negaranya sendiri, di kalangan masyarakat dan pelajar. Masyarakat kita menyepelekan bahasa Indonesia dan mengagungkan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis atau Mandarin. Keadaan yang begitu berlawanan dengan sejarah awal perkembangan bahasa Indonesia, saat para pemuda dan rakyat Indonesia dulu sangat menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan budaya bangsa. Satu hal yang menjadi ironi lagi adalah bahwa kasus ketidaklulusan ujian nasional pelajar kita adalah karena menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan.
Faktor yang menjadi penyebab kemunduran bahasa Indonesia selain globalisasi adalah karena masyarakat kita sendiri yang enggan mempelajari bahasa Indonesia. Masyarakat kita beranggapan bahwa tidak penting untuk mempelajari bahasa Indonesia karena mereka berpikir mereka sudah cukup mampu untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia di negeri ini. Namun, faktanya ternyata penggunaan bahasa Indonesia di sini masih begitu amburadul. Bahkan, tidak jarang kosakata yang masih asing ditelinga kita. Kita lebih akrab dengan kosakata bahasa Inggris daripada kosakata bahasa Indonesia karena jarangnya kata tersebut kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Kemudian, jika dihadapkan dengan kondisi yang semacam itu, pemerintah perlu membutuhkan tindakan penjagaan terhadap bahasa Indonesia agar di masa depan bahasa Indonesia semakin berkembang, bukan hanya pada penggunanya tapi juga terjaga dari segi pemakaiannya. Pemerintah dapat membuat peraturan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dalam acara-acara kenegaraan, televisi dan media cetak. Perilaku bahasa para pejabat dan tokoh panutan masyarakat juga harus dibina sehingga mampu berbahasa dengan lebih baik, benar, demokratis, dan lugas sehingga dapat menjadi teladan masyarakat. Ini untuk memenuhi tuntutan iklim reformasi yang sedang berkembang di negara kita. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi, dan sosial budaya dalam era globalisasi menuntut bahasa Indonesia untuk semakin meningkatkan mutunya. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan juga harus semakin dibina untuk menghadapi tantangan meluasnya penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris di Indonesia dan dalam pergaulan internasional. Pembinaan yang dilakukan ini diharapkan akan mampu untuk menjadi sarana memanifestasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Pemerintah juga harus memperhatikan kurikulum pelajaran bahasa Indonesia sehingga pelajar tidak lagi menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Pengajaran bahasa Indonesia perlu dikembangkan secara terencana dan terarah sehingga bahasa lebih dikenal di pentas dunia internasional. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan tetap bangga menggunakan bahasa Indonesia sebab bahasa Indonesia ternyata merupakan bahasa keempat terbanyak yang dipakai di dunia setelah Mandarin, Inggris dan Spanyol (http://cesarzc. wordpress.com/2007/06/16/ banggalah-berbahasa-indonesia/). Bahasa Indonesia memiliki keindahan yang tidak kalah dengan bahasa-bahasa lain di dunia. Bahasa Indonesia memiliki sejarah yang jauh lebih panjang daripada sejarah NKRI sendiri yang muncul karena semangat para pemuda yang kuat dalam usahanya untuk mempersatukan bangsa dan untuk merdeka. Jadi, satu hal penting yang bias digunakan untuk tetap menjaga ‘adanya’ bahasa Indonesia adalah dengan sikap bangga kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam setiap laku interaksi kehidupan.

B. Pengajaran Bahasa Kedua
Terdapat dua pendekatan utama dalam pengajaran bahasa, yaitu pendekatan formalis yang mampu bertahan cukup lama dan pendekatan formalis yang berkembang pada tiga dekade terakhir.
Dalam pendekatan formalis, bentuk dan pengajaran bahasa berpusat pada bentuk-bentuk bahasa. Sedangkan pendekatan formalis yang didasarkan pada bidang sosiolinguistik menekankan pada aspek fungsi bahasa.
Sebelum sosiolinguistik lahir, para ahli selalu memperhatikan pada aspek bentuk bahasa. Salah satu definisi tentang bahasa berbunyi “bahasa adalah simbol vokal yang arbitrer yang digunakan manusia untuk berkomunikasi….” (http://www.ialf.edu/bipa/july1999/pengajarandanpemerolehan.html.). Walaupun kata “komunikasi” sudah masuk dalam definisi tersebut, perhatian yang lebih serius tentang pengajaran bahasa untuk komunikasi masih belum terarah dengan baik. Pendekatan formalis telah menghasilkan berbagai metode. Tapi keberhasilan ini masih dipertanyakan karena pengajarannya dianggap terlalu mekanistis dan melupakan faktor komunikasi.
Stephen Krashen (1984) menyatakan bahwa teori pemerolehan bahasa kedua adalah bagian dari linguistik teoritik karena sifatnya yang abstrak. Menurutnya, dalam pengajaram bahasa kedua, yang praktis adalah teori pemerolehan bahasa yang baik (http://www.ialf.edu/bipa/july1999/ pengajarandanpemerolehan.html.).
Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa sadar. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua biasanya melalui pembelajaran yang dilakukan dengan sadar. Pada anak-anak, kesalahan berbahasa akan dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal, sedangkan kesalahan bahasa yang dilakukan oleh orang dewasa akan diperbaiki dengan berlatih ulang.
Sebelum menguasai bahasa kedua, ada istilah interlanguage, yaitu bahasa yang mengacu kepada sistem bahasa di luar sistem bahasa pertama dan kedudukannya berada di antara bahasa pertama dan bahasa kedua (Selinker, 1972). Istilah lain yang muncul adalah approximative system dan idiosyncratic dialect. Kajian studinya menghasilkan analisis kesalahan (error analyis) dan membedakannya dengan mistake. Selain itu, ada juga istilah bahasa pidgin, yaitu bahasa campuran yang muncul pada masyarakat pengguna bahasa kedua yang terjadi akibat penerapan dua atau tiga bahasa di dalam percakapan sehari-hari.
Menurut Corder (1973), tahap-tahap perkembangan bahasa antara adalah sebagai berikut:
a. Tahap kesalahan acak
Mula-mula, si belajar berkata “Mary cans dance” tapi kemudian diganti menjadi ”Mary can dance”.
b. Tahap kebangkitan
Pada tahap ini, si belajar mulai menginternalisasi beberapa kaidah bahasa kedua, tapi belum mampu membetulkan kesalahan yang dibuat penutur lain.
c. Tahap sistematik
Si belajar mampu menggunakan bahasa kedua secara konsisten, meski kaidah bahasa kedua belum sepenuhnya dikuasai.
d. Tahap stabilisasi
Si belajar relatif menguasai sistem bahasa kedua dan dapat menghasilkan bahasa tanpa banyak melakukan kesalahan atau telah berada dalam tingkat post systematic.

C. Metode Pembelajaran Bahasa Kedua
Banyak metode atau cara yang bisa digunakan untuk mempelajari bahasa kedua. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihannya antara lain adalah seberapa cepat waktu untuk menguasai bahasa tersebut, lingkungan tempat kita tinggal, dan dana yang mampu kita alokasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa kedua tersebut.
Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa kedua antara lain adalah:
1. pembelajaran di dalam kelas
Dalam pembelajaran yang terjadi dalam ruang kelas ini, guru bias memberikan materi, dorongan atau umpan balik serta bias menjadi partner dalam mempraktikkan kemampuan bahasa kedua kita. Agar pembelajaran berjalan dengan lebih lancar, guru membutuhkan sumber-sumber pembelajaran yang otentik. Hal ini makin dibutuhkan ketika pembelajaran terjadi di negara kita.keotentikan itu ada dalam hal lafal, intonasi, aksen, dan idiom. Untuk alasan ini, guru sebaiknya hanya menggunakan rekaman suara yang dituturkan oleh penutur aslinya. Hindari untuk menggunakan film atau video yang hanya menampilkan keindahan negara penutur bahasa kedua. Selain itu, guru atau pihak sekolah dituntut untuk mampu menyediakan Koran atau majalah dalam bahasa kedua karena merupakan sumber bacaan yang valid dan selalu memberikan informasi terkini mengenai kebuadayaan negara bahasa kedua.
2. pembelajaran otodidak
Metode ini bisa dilakukan dengan memebeli CD atau kaset pembelajaran bahasa kedua. Kelemahannya adalah tidak adanya guru yang membuat tidak ada tempat bertanya bagi siswa jika ingin bertanya.
3. pertukaran bahasa
Metode ini dapat dilakukan dengan mencari korespondensi penutur asli yang ingin belajar bahasa pertama kita. Ini akan menimbulkan pertukaran bahasa, karena keduanya akan sama-sama belajar dalam proses tersebut.
4. melakukan perjalanan atau tinggal selama beberapa waktu di luar negeri
Dengan melakukan hal ini akan membuat si belajar menyadari persamaan dan perbedaan kebudayaan negara sendiri dengan negara yang bahasanya ia pelajari. Selain itu, dengan tinggal di negara asli bahasa kedua akan membuat siswa mempraktikkan kemampuan berbahasa kedua yang ia miliki.
Demikian, metode-metode tersebut dapat digunakan secara sendiri-sendiri atau dengan dikombinasi. Tentu saja dengan cara mengkombinasikan metode yang ada akan semakin mempunyai peluang dalam keberhasilan pembelajaran bahasa kedua (http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/Artikel Cakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/174/PEMEROLEHAN-BAHASA-KEDUA.aspx).

D. Peranan Guru sebagai Lingkungan Belajar Bahasa Kedua
Jean piaget sebagai salah satu ahli yang berpegang pada teori kognitif menyatakan bahwa hakikat belajar sesungguhnya adalah interaksi antara individu pebelajar (learner) dengan lingkungan. Kemudian dalam Language Two, Heidy Dulay dkk mengemukakan adanya empat lingkungan makro dan tiga lingkungan mikro yang dapat mempengaruhi proses belajar seseorang.
Lingkungan makro yang dimaksud adalah kealamian bahasa yang didengar, peranan pebelajar dalam komunikasi, ketersediaan alat acuan, dan model bahasa sasaran. Sedangkan lingkungan makro terdiri dari tonjolan (salience), balikan (feedback), dan frekuensi.
Selanjutnya, posisi guru adalah sebagai salah satu tonggak lingkungan. Dalam lingkungan makro, guru dapat berposisi sebagai model dan pada lingkungan mikro guru dapat berperan sebagai pemberi umpan balik bagi siswa. Guru juga berperan sebagai pencipta lingkungan yang kondusif, pemotivasi, dan nara sumber (http://www.ialf.edu/bipa/april2000/perananguru.html). Karena itulah, guru harus mampu menggunakan teknik-teknik mengajar yang khas yang tetap memperhatikan pendekatan komunikatif dan integratif serta tetap memperhatikan konsep pemerolehan bahasa kedua melalui umpan balik terhadap tutur pebelajar sebagai koreksi.

E. Masa Penting bagi Pertumbuhan Anak
Anak adalah aset orang tua yang berharga dan cara orang tua mendidik akan mempengaruhi bagaimana perkembangan mental dan psokologis anak. Untuk itu, harus menjadi perhatian orang tua tentang waktu yang tepat untuk mulai memberikan pendidikan bagi sang anak.
Beberapa fakta tentang otak berdasarkan (http://forumkotasantri.com/ viewtopic.php? p=2194&sid=44bdb59b9901758608b5f79d70aa499b#21944) bisa dijelaskan sebagai berkut:
a. Saat lahir, bayi memunyai 100 miliar sel otak yang belum tersambung. Pada usia 0-3 tahun, terdapat 1000 triliun koneksi (sambungan antarsel). Pada usia inilah, anak mulai bisa diperkenalkan dengan berbagai hal dengan cara yang diulang-ulang. Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain dengan mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, memperkenalkan warna, dan memperkenlkan warna benda.
b. Pada usia 6 tahun, koneksi yang terus diulang akan menjadi permanen. Sedangkan koneksi yang tidak digunakan akan terpangkas percuma. Usia ini menjadi waktu yang efektif untuk mengoptimalkan daaya serap otak anak agar tidak terpangkas percuma.
c. Otak yang belum matang rentan terhadap trauma, baik ucapan maupun tindakan yang menyakitkan. Karena itulah, orang tua harus menghindari memarahi atau memukul anak. Jika anak melakukan kesalahan sebaiknya ditegur dengan sopan kemudian diberi teladan tindakan terpuji yang seharusnya dilakukan.
d. Otak terdiri dari dua belahan, yaitu kanan dan kiri yang memiliki fungsi berbeda tapi saling mendukung. Pekerjaan otak kiri berhubungan dengan fungsi verbal, temporal, logis, analitis, rasional, dan kegiatan berpola. Sedangkan otak kanan berhubungan dengan fungsi kreatif, kemampuan bekerja dengan gambar, berfikir intuitif sampai pembentukan moral dan akhlak.
Sistem pendidikan kita pada umumnya cenderung kurang memperhatikan potensi yang terkandung dalam belahan otak kanan. Menurut Bob Eberle, seorang ahli pendidikan, beliau mengungkapkan bahwa prestasi pikiran manusia memerlukan kerja yang terpadu antara belahan otak kiri dan kanan. Peran orang tua tentu menjadi sangat dominan karena dengan berada di dekat anak saja mereka bisa melakukan pendidikan yang dapat membentuk pribadi seorang anak. Dengan mengasuh, bercakap-cakap dan bermain akan membuat orang tua menjadi guru pertama bagi anak. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa anak tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat sehingga waktu mendidik anak memang harus begitu diperhatikan.
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam mendidik anak. Anak memunyai pola pikir, pengalaman, dan cara pandang yang sangat berbeda dengan orang dewasa yang membuat orang dewasa sulit memasuki dunia mereka. Andi Yudha Isfandiyar dari Mizan menyatakan bahwa dunia anak-anak berbeda dengan dunia orang dewasa, sehingga perlu menyadari dulu bahwa anak-anak berbeda dengan ‘dunia’ kita. Anak-anak cenderung belajar dari apa yang dilihat, diraba, didengar, dilakukan, dan lainnya. Mereka juga cenderung aktif, dinamis, imajinatif, kreatif, serta ekspresif. Keingintahuannya juga tinggi
Anak-anak lebih efektif belajar melalui gambar, pendengaran, dan gerak. Sedangkan pendidikan lebih efektif jika dilakukan dengan contoh. Dengan menjadikan contoh sebagai kebiasaan akan membuat anak terbiasa melakukan hal yang seharusnya ia lakukan. Saat berbicara dengan anak pun harus menunjukkan sikap kesungguhan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan menyampaikan aspirasinya. Berdiskusi dengan menggunakan ‘bahasa’ anak juga bisa menjadi ransangan yang intensif untuk otak anak, baik otak kiri maupun otak kanan. Hal ini selanjutnya yang akan membantu menentukan kepribadian anak.
Sebagaimana diketahui bahwa proses yang dijalani manusia untuk berbahasa adalah rumit, maka yang membuat anak bisa menguasai proses yang rumit itu adalah karena sejak lahir anak sudah dibekali dengan LAD. Noams Chomsky, ahli bahasa Amerika mengatakan bahwa seorang anak tidak dilahirkan bak piring kosong atau tabularasa. Begitu dilahirkan, ia sudah dilengkapi dengan perangkat bahasa yang dinamakan Language Acquisition Device (LAD). Perangkat ini bersifat universal sehingga dapat dikatakan ia sudah dibekali pengetahuan tertentu tentang bahasa. Anak membutuhkan hal yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya untuk mengaktifkan tombol-tombol universal itu. Ini juga yang membuat anak bisa memperoleh bahasa apapun.

F. Kerangka Berpikir
Pengajaran bahasa kedua di Indonesia, dalam tulisan ini adalah bahasa Inggris ternyata dirasakan masih kurang optimal. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran bahasa kedua yang tidak bisa menunjukkan hasil yang cukup bisa dibanggakan. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, anak cenderung hanya diberi pengetahuan tentang struktur bahasa kedua saja, tapi kurang diterapkan dalam komunikasi sehari-hari. Akhirnya, anak hanya menerima teori tanpa dibarengi dengan praktik yang mendukung.
Selain itu, pembelajaran bahasa Inggris di negara kita ternyata juga membawa pengaruh yang cukup signifikan terhadap rasa cinta tanah air dan nasionalisme, serta kebanggaan terhadap budaya dan bahasa Indonesia sendiri. Ini menjadi ironis karena bahasa Indonesia menjadi asing di negerinya.
Berdasarkan hal tersebut, perlu perhatian baik dari pihak sekolah, khususnya guru, orang tua, dan kesadaran dari diri anak agar rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia tetap terjaga.

BAB III
METODE PENULISAN

A. Tempat dan Waktu
Penulisan karya tulis ini tidak terikat tempat karena dilakukan dengan cara studi pustaka, yaitu mengkaji sumber-sumber bacaan atau referensi yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Waktu penulisan karya tulis ini mulai dari persiapan sampai pelaporan memerlukan waktu tiga minggu.

B. Bentuk dan Strategi
Penulisan karya tulis ini berbentuk kajian kepustakaan. Teknik ini dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen, seperti buku-buku, artikel, makalah, dan karya tulis ilmiah lain yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.

C. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari dokumen atau arsip. Dokumen-dokumen ini berupa buku-buku yang menunjang materi dan permasalahan yang dikaji serta tulisan daan artikel ilmiah yang didapat dari internet.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah dengan analisis dokumen dan pengamatan fakta di lapangan. Pengamatan dilakukan dengan melihat realitas yang ada tentang pengaruh pengajaran bahasa Inggris bagi pemerolehan bahasa anak dan nasionalisme bangsa. Pengamatan ini dibandingkan dengan teori dan tulisan-tulisan yang sudah ada.

E. Uji Validitas Data
Validitas data diuji dengan melihat fakta di lapangan, opini masyarakat melalui tulisan-tulisan di internet dan kemudian dilanjutkan dengan teori-teori yang ada. Pada tulisan ini menggunakan teknik triangulasi metode yang dilakukan dengan cara pengumpulan data dari dokumen ke pengamatan lapangan, kemudian dilanjutkan kembali ke metode dokumen.

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analyis). Interaksi dengan lingkungan tidak dilakukan dalam penyusunan karya tulis ini. Tetapi, dilakukan kajian pustaka yang tidak melibatkan manusia atau pun benda hidup lainnya. Ada tiga komponen penting dalam teknik ini yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu pengumpulan data, display data, dan penarikan kesimpilan atau verifikasi. Ketiga komponen tersebut berjalan mengalir dan berurutan tahap demi tahap.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pemerolehan Bahasa Kedua
Istilah bahasa kedua atau second language digunakan untuk menggambarkan bahasa-bahasa yang pemerolehannya atau penguasaannya dimulai setelah masa anak-anak awal (early childhood), termasuk bahasa ketiga atau bahasa-bahasa lain yang dipelajari kemudian. Dalam istilah lain, bahasa-bahasa yang dipelajari ini juga dikenal dengan istilah bahasa target (target language).
Mempelajari bahasa asing kemudian dianggap sebagai kebutuhan karena adanya saling ketergantungan yang terjadi antara berbagai negara karena adanya globalisasi. Bahasa kedua dipelajari untuk memenuhi keperluan di bidang ekonomi, pendidikan, pariwisata, dan politik.
Proses pemerolehan bahasa kedua tidak sama dengan pemerolehan bahasa kedua. Jika dalam bahasa pertama, siswa belum menguasai bahasa apapun dan bahasa pertama berkembang sesuai dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Maka, pada pemerolehan bahasa kedua siswa sudah mampu menguasai bahasa pertama dengan baik dan bahasa kedua berkembang tidak seiring dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Bahasa pertama dipelajari secara informal dengan sadar dan motivasi tinggi karena siswa membutuhkannya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada dalam kelompoknya. Sedangkan, bahasa kedua dipelajari secara formal dan motivasi yang umumnya tidak terlalu tinggi karena bahasa ini tidak digunakan secara intens untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa siswa cenderung lama untuk menguasai bahasa kedua, seperti bahasa Inggris.
Beberapa hal yang menjadi aspek pembelajaran bahasa kedua antara lain adalah:


1) Kemampuan bahasa
Umumnya, saat seseorang ingin mempelajari bahasa kedua, ia akan mengambil pendidikan formal dan melalui tes kemampuan berbahasa yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai seberapa tinggi bakat bahasa yang dimilikinya. Ujian yang seperti ini biasa digunakan untuk memprediksi kemampuan para siswa. Tapi, penilaian tentang kemampuan bahasa dinilai tidak relevan dengan masalah yang dihadapi siswa. Apalagi dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan berbahasa tidak dapat dirubah.
2) Usia
Belajar bahasa kedua saat usia telah dewasa memang terasa lebih sulit. Tapi mereka yang belajar bahasa kedua setelah dewasa dapat mencapai keberhasilan yang cukup tinggi. Hanya saja, pebelajar dewasa tidak akan mampu merubah aksen mereka seperti para penutur asli karena aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit dirubah. Kelebihan pebelajar dewasa adalah ketika mereka belajar dengan terjun langsung ke lapangan mereka akan lebih cepat menguasai bahasa kedua daripada anak-anak. Hal ini dikarenakan otak orang dewasa lebih matang dan orang dewasa memiliki pengalaman berbahasa yang lebih dibandingkan dengan anak-anak.
3) Strategi yang digunakan
Strategi yang efektif akan memberikan hasil yang lebih maksimal pada pembelajaran bahasa kedua. Strategi yang sering digunakan adalah strategi belajar dan berkomunikasi. Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus dan siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah cara yang digunakan untuk berkomunikasi antara penutur asli dengan siswa yang sedang belajar bahasa kedua jika terjadi kebuntuan, misalnya dengan mimic dan isyarat tangan.


4) Motivasi
Motivasi berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan seseorang dalam pembelajaran bahasa kedua. Ini karena siswa yang memiliki motivasi tinggi akan sukses dan kesuksesannya akan semakin meningkatkan motivasinya. Salah satu hal yang mempengaruhi motivasi adalah guru dalam kelas yang juga dapat menjadi motivator bagi siswa.
Dalam proses pemerolehan bahasa kedua, aspek-aspek tersebut harus diperhatikan dan dimanfaatkan dengan maksinal agar bahasa kedua dapat mencapai hasil yang maksimal.

B. Bahasa Inggris di Indonesia
Penggunaan bahasa Inggris telah menjadi perdebatan panjang sejak masa Sutan Takdir Alisyahbana pada tahun 60-an. Bangsa kita masih terombang-ambing antara mengadopsinya menjadi bahasa kedua atau menganggapnya sebagai bahasa asing. Karena jelas, antara keduanya akan muncul perlakuan yang berbeda.
Di negara kita, belajar bahasa Inggris diyakini akan dapat meningkatkan kerja para pegawai. Bangsa kita juga meyakini bahwa dengan belajar bahasa Inggris akan membuat negara kita menjadi negara yang maju di era globalisasi ini. Karena itulah, penguasaan bahasa Inggris kemudian menjadi syarat yang penting agar seseorang dapat lulus dalam ujian menjadi pegawai. Tapi, yang terjadi di negara kita adalah ternyata dengan masuk lembaga pendidikan bahasa Inggris yang paling bergengsi sekalipun tidak menjadi syarat mutlak yang membuat kita mampu mendongkrak kemampuan berbahasa Inggris.
Anggapan bangsa kita yang seperti itu sebenarnya adalah anggapan yang keliru. Kita seharusnya mengambil falsafah orang Jepang yang dalam belajar bahasa kedua mereka beranggapan ‘get the content, leave lhe language behind’ (dapatkan ide yang ada dalam bahasa tersebut dan tinggalkan bahasa asing tersebut). Mereka berkeyakinan bahwa tanpa menguasai bahasa Inggris pun, mereka akan sanggup menjadi bangsa yang besar. Dengan menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa sendiri tentu akan lebih membawa manfaat karena akan lebih mudah dibaca oleh masyarakat kita, daripada harus sibuk membaca buku-buku barat dengan menyanding kamus besar bahasa Inggris.
Di negara kita, kemampuan penggunaan bahasa Inggris juga belum dimanfaatkan dengan optimal bagi mereka yang sudah menguasai bahasa kedua ini. Masyarakat atau orang yang menguasai bahasa tersebut cenderung tidak mampu menggunakan kemampuannya untuk ikut mengembangkan masyarakat sekitarnya. Jadi, kemampuan itu hanya untuk kepentingan pribadinya, misalnya saja dalam ekonomi dan politik. Lalu bagaimana dengan anggapan bahwa menguasai bahasa Inggris mampu membuat bangsa kita maju sedangkan fakta yang terjadi di lapangan seperti itu? Penguasaan bahasa Inggris harus dibersamai dengan aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat agar terasa manfaatnya. Jadi, bukan hanya untuk sekedar memenuhi gengsi kita atau ‘keren-kerenan’.

C. Pengajaran Bahasa Asing di Sekolah Dasar
Polemik di negara kita yang berkaitan dengan bahasa asing memang masih menjadi bahan kajian yang panjang. Misalnya, dengan pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar.
Secara pedagogis, pembelajaran bahasa asing sejak usia dini mungkin tepat sasaran karena usia kanak-kanak memang menjadi waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan bahasa. Tapi, ketika yang diajarkan adalah bahasa asing, apakah ini menjadi cara yang tepat sasaran? Karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa hal ini semakin membuat eksistensi bahasa Indonesia semakin terpinggirkan dalam fungsinya sebagai bahasa nasional. Anak-anak mengalami gangguan dalam kemampuannya untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Anak-anak sekarang lebih suka berbicara dengan bahasa asing yang diyakini membuat mereka lebih ‘keren’.
Beberapa pendapat tentang pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar adalah sebagai berikut, seperti dikutip dalam artikel “Perlukah Pengajaran Bahasa Asing di Sekolah Dasar, 28 agustus 2005”
a. Tomandar: “Saya setuju saja, asal dalam pelaksanaannya jauh dari kesan mengintimidasi anak untuk bisa. Begitu seharusnya kemampuan berbahasa tumbuh. Semacam pengenalan begitu lah…..Mudah-mudahan tidak menjadikan anak ‘miskin’ bahasa Indonesia. Toh, sehari-hari mereka justru akan lebih banyak bersentuhan dengan bahasa Indonesia. Bahasa ibunya tetap bahasa Indonesia (atau bahasa daerahnya). Saya belum melihat dampak negatif apa yang mungkin timbul dari ini.”
b. Hizbullah: “Saya malah kepikiran untuk selain bahasa asing perlu juga dikenalkan sama si anak bahasa daerah…..asal di manage dengan baik saya rasa hal tersebut sangat berguna mengingat pengetahuan akan bahasa itu mencakup budaya sesuatu, katakanlah, bangsa atau adat istiadat daerah tertentu….Toh, namanya juga sekolah dasar, kalo kita pahami konsep pendidikan dan pengajaran, ingat bahwa Ki Hajar Dewantara tidak pernah melepaskan konsep pendidikan dengan pengajaran secara sendiri-sendiri di dalam wacana pendidikan formalnya, maka sekolah dasar diperuntukkan lebih pada pemberian dasar-dasar bagi seseorang demi pendidikan lanjutnya.”
c. Fertob: “Saya termasuk orang yang tidak setuju pengajaran bahasa asing di sekolah dasar. Tapi, ada alasannya:
 Yang kita bicarakan adalah ‘memasukkan pelajaran bahasa asing ke dalam kurikulum sekolah dasar’. Hal ini karena kemampuan anak-anak SD secara nasional itu tidak merata. Kita tidak bisa memasukkan pelajaran bahasa Inggris ke dalam kurikulum SD karena sesuai dengan perkembangan di kota Jakarta, sedangkan anak-anak di Papua bahkan masih belum mengerti apa itu kloset, helikopter, wastafel, dll. Jadi, karena kemampuan yang belum merata itulah yang membuat pelajaran bahasa asing secara nasional adalah hal yang sia-sia. Tapi, kalau bicara kurikulum swasta, itu lain persoalan.
 Masih berkait dengan nomor 1. Banyak yang lupa bahwa kemampuan-kemampuan dasar yang diperlukan di SD adalah menghitung, membaca dan menulis. Di SD-lah, khususnya tahun-tahun awal, kemampuan itu yang menjadi dasar dalam pelajaran-pelajaran yang mereka dapatkan. Anak mulai belajar membaca sejak di SD, anak mulai belajar menghitung sejak di SD, termasuk kemampuan bahasa dalam hal ini adalah kemampuan dia mengembangkan bahasa nasional (Indonesia). Yang penting dari SD adalah bagaimana anak bisa mengembangkan kemampuan dasarnya dalam berbahasa Indonesia, karena itu adalah bahasa ibunya. Bahasa asing janganlah menjadi elemen lain yang mengganggu proses berbahasa itu. Minimal sampai kemampuan kognitif anak mampu untuk melalui proses berbahasa itu dengan baik (banyak yang bilang kelas ¾ SD, tapi itu juga ada teorinya.
Banyak pendapat yang muncul berkenaan dengan pengajaran bahasa Inggris yang diberikan sejak usia SD. Pengajaran bahasa asing di Indonesia cenderung digunakan untuk memberikan pengetahuan bahasa asing saja tanpa memberikan petunjuk dan pembinaan kepada anak tentang urgensi bahasa ibu sendiri. Jadi, setelah mampu menguasai bahasa Inggris, anak akan meremehkan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan mengagungkan bahasa Inggris. Faktanya, itulah yang terjadi di lapangan.
Dan inilah yang harus diluruskan, yaitu tentang berbagai kekeliruan yang terjadi dalam pembelajaran di sekolah tingkat dasar. Menurut Saiful Anam, Alumni IKIP Malang yang mantan pegawai GATRA, dalam bukunya yang berjudul “Jangan remehkan Taman Kanak Kanak: Taman yang Paling Indah”, menyatakan bahwa kekeliruan pengajaran baca-tulis-hitung di TK disebabkan oleh 3 faktor. Pertama, kebanggaan orang tua jika anaknya yang masih duduk di bangku TK sudah mahir calistung. Kedua, ketidakpahaman pengelola maupun guru TK tentang hakikat pendidikan sehingga pembelajaran di TK sudak dikondisikan seperti di SD. Ketiga, ada beberapa SD yang over acting dengan memberlakukan tes calistung, sehingga memaksa guru TK untuk mengajarkan dan melakukan ujian calistung agar anak bisa masuk SD favorit. Hal-hal inilah yang patut diperhatikan oleh tenaga-tenaga pendidik sehingga otak anak yang masih belum matang itu tidak terlalu dibebani dengan hal-hal yang terlalu memforsir kinerja otak. Karena masa anak kecil adalah masa mereka mencari pengalaman dengan rabaan, dengaran, dan penglihatan mereka.

D. Nasionalisme dan Pengajaran Bahasa Inggris
Realita yang aneh terjadi di negara kita. Berkaitan dengan bahasa Inggris, bangsa kita terlalu mengagungkan ketika seseorang mampu menguasai bahasa Inggris begitu juga dengan pengajaran bahasa Inggris. Di negara kita, akan lebih mudah kita jumpai orang yang dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris daripada di negara Jepang, karena masyarakat Jepang memang lebih bangga menggunakan bahasa asli yang mereka miliki daripada bahasa asing. Berbeda dengan masyarakat kita.
Sering juga ditemukan orang yang berbicara dengan bahasa campuran, mencampuri bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Meskipun, tidak salah dengan menguasai bahasa asing, tapi jangan membuat kita ikut dan mengagungkan bahasa asing tersebut di atas bahasa kita. Kita harus menjaga sikap cinta tanah air dan bangga pada produk anak negeri. Bahasa dan budaya yang ada di Indonesia adalah contoh karya anak bangsa yang harus dilestarikan dan dijaga eksistensinya.
Satu hal yang membedakan kenapa bahasa Inggris mampu menjadi bahasa internasional dan tidak dengan bahasa Indonesia adalah karena mereka mempunyai jati diri dan mampu mempertahankan yang seharusnya mereka pertahankan. Dan inilah yang belum dimiliki oleh bangsa kita. Bangsa kita belum mampu menunjukkan jati diri sebagai bangsa Indonesia sehingga kehilangan identitas dirinya di kancah pergaulan internasional.
Pembelajaran bahasa Inggris juga harus diperhatikan dalam pelaksanaannya agar tujuan pembelajaran yang ada tetap dapat tercapai secara maksimal. Dan di sisi lain, pembelajaran yang dilakukan tidak melunturkan semangat nasionalisme dan bangga terhadap bahasa dan budaya Indonesia pada pemuda kita.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Bahasa adalah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan saling berinteraksi dalam kelompok masyarakatnya. Dengan media bahasa pula, manusia dapat memahami dan mengetahui gagasan yang dimiliki orang lain juga mengungkapkan konsep yang sebelumnya masih abstrak.
Selain terdapat kelompok pertama yang bahasanya langsung dapat dikuasai anak, terdapat kelompok di luarnya yang mempunyai bahasa tersendiri. Hal ini terjadi karena bahasa bersifat arbitrer dan merupakan kesepakatan umum dari kelompok pemakai bahasa tersebut. Bahasa yang dimiliki kelompok kedua ini selanjutnya disebut sebagai bahasa kedua. Manusia perlu mempelajarinya jika ingin berkomunikasi dengan masyarakat pengguna bahasa kedua agar komunikasi yang ada berjalan lebih lancar.
Pembelajaran bahasa kedua kemudian diberikan untuk memenuhi kebutuhan ini. Dampak yang timbul karena pembelajaran bahasa kedua diberikan sejak usia kanak-kanak antara lain membuat pemerolehan bahasa pada anak-anak bertambah. LAD sebagai perangkat bahasa yang diperoleh anak sejak lahir akan menjadi lebih aktif sehingga meningkatkan pemerolehan bahasa anak. Dampak yang lain adalah pembelajaran bahasa kedua yang diberikan sejak usia dini dapat mempengaruhi kebanggaan anak-anak pada bahasa Indonesia atau bahasa daerah sebagai bahasa pertama (bahasa ibu). Rasa nasionalisme dan cinta tanah air selanjutnya menjadi hal yang dipertaruhkan karena pembelajaran bahasa kedua dibersamai dengan globalisasi yang membawa arus ide, paham, dan budaya asing dengan sangat mudah.

B. Implikasi
Adanya pembelajaran bahasa kedua (bahasa Inggris) yang diberikan sejak usia kanak-kanak menimbulkan pendapat-pendapat yang berbeda di beberapa kelompok masyarakat kita. Ada yang menganggap penting untuk memberikan bahasa kedua sejak dini pada anak tanpa memperhatikan aspek yang lain (nasionalisme). Ada yang menganggap bahwa masa kanak-kanak tidak boleh dicekoki dengan pembelajaran yang berat, seperti bahasa Inggris. Dan golongan yang lain mengatakan bahwa pembelajaran bahasa kedua dapat diberikan, tapi tetap dengan memperhatikan aspek psikologis, mental, dan nasionalisme anak terhadap budaya dan bahasa negeri sendiri. Hal ini dikarenakan kecenderungan yang terjadi adalah setelah anak-anak mendapat dan menguasai bahasa kedua, ia akan menggunakan bahasa kedua dengan mengesampingkan bahasa pertama. Atau, bahasa kedua yang mereka dapatkan membuat mereka menggunakan bahasa campuran antara bahasa pertama dan bahasa kedua.

C. Saran
Pembelajaran bahasa kedua selain membawa pengaruh positif, yaitu mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak, ternyata juga memberikan pengaruh negatif bagi perkembangan bahasa anak. Yaitu mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya sendiri. Pembelajaran bahasa kedua juga berperan pada rendahnya kemampuan anak tentang bahasa pertama.
Hal inilah yang kemudian layak untuk diperhatikan oleh orang tua saat memutuskan untuk memberikan pembelajaran bahasa bagi anak. Perkembangan otak dan psikologi anak harus menjadi hal yang dipertimbangkan sebelum memutuskan. Guru sebagai pendidik dan pengajar juga harus tetap menanamkan pengertian tentang pentingnya bahasa pertama di atas bahasa kedua agar tetap menjaga kebanggaan pada tanah air sendiri. Sedangkan anak sebagai pebelajar harus menyadari juga bahwa bahasa kedua tidak lantas membuat mereka melupakan budaya sendiri. Siswa di tengah arus globalisasi harus tetap menjaga sikap nasionalisme agar tidak terombang-ambing dan tetap memiliki jati diri sebagai bangsa Indonesia.

sebuah pertanyaan....dan harapan

Syawal depan….
Masih adakah aku di sampingmu?
Mencium takzim tanganmu
Dengan khusyukku…
Ramadhan depan……..
Masih adakah aku di sampingmu?
Membangunkan sahur
Menyiapkan bukamu
Malam ini…
Masih adakah aku di sampingmu?
Bersama terjaga
Dengan sholat malam kita…

Kekasih…
Aku ingin menemani
Hingga syawal terakhir
Yang aku miliki
……..

SUDAH MAPANKAH PARPOL KITA?


Dunia perpolitikan di Indonesia yang sistem pemerintahannya menggunakan sistem demokrasi tidak bisa dipisahkan dari keberadaan partai politik sebagai bentuk aspirasi masyarakat. Suasana demokrasi memunculkan partai politik sebagai wadah yang menampung suara rakyat yang merasa memiliki kesamaan visi, misi, cita-cita, atau bahkan mungkin, sebuah kepentingan.
Iklim demokrasi memungkinkan suasana yang bebas untuk berserikat dan bersuara menyampaikan aspirasi. Adanya partai politik menjadi satu prinsip dalam iklim yang seperti ini. Jika partai politik tidak hadir, maka apa yang disebut sebagai konsep, prinsip atau asas demokrasi menjadi hal yang harus dipertanyakan. Adanya parpol juga mampu menjadi alat kontrol pada pemerintahan yang berkuasa. Partai oposisi di Amerika contohnya, adalah partai yang menjadi penyeimbang roda pemerintahan yang akan memberikan kritikan -yang pedas sekalipun- atau bahkan melakukan aksi menolak kebijakan pemerintahan. Sampai saat ini, sistem demokrasi di Amerika memang masih menjadi sistem ‘idola’ yang ditiru di Indonesia. Meskipun diketahui, bahwa di Amerika sendiri, demokrasi belum karuan sistemnya.
Adanya calon independen di Amerika, misalnya, yang tidak pernah lolos menjadi pemenang dalam pemilu di Amerika. Meskipun ini merupakan respon dan pendidikan politik yang positif bagi rakyat karena akan menjadi sarana kritis bagi masyarakat, tapi penerapan di Indonesia mengalami penyimpangan. Adanya calon independen yang sekarang rame-rame ditiru dan diterapkan di Indonesia seakan-akan digunakan untuk membiaskan pola yang ada. Karena calon-calon yang ditawarkan dalam pemilu atau pilkada, misalnya berasal dari latar belakang (background) yang sama, dimunculkanlah calon independen yang berfungsi menetralisir suasana atau mungkin sebagai ‘penggembira’ saja. Hanya saja, jika di Amerika sana calon independen tidak pernah lolos dalam pemilu, berbeda dengan iklim Indonesia yang secara sekilas kita bisa melihat keberterimaan masyarakat atas mereka (calon independen).
Kembali pada kondisi partai politik di Indonesia. Negara kita telah merdeka selama 62 tahun, namun selama itu pula belum menemukan sistem demokrasi yang ideal untuk pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Bongkar pasang sistem pemerintahan terjadi sejak awal terbentuknya negara sampai saat ini. Para pemimpin bingung menentukan sistem yang benar-benar ideal untuk diterapkan di negeri ini. Atau mungkin, itu karena pemimpin yang terpilih memang belum mampu untuk menerima estafet kepemimpinan sehingga keputusan yang mereka buat tidak benar-benar terasa manfaatnya bagi rakyat.
Pemilu yang dilakukan secara periodik belum bisa memunculkan orang-orang yang pantas memimpin. Ketika rakyat ditanya alasan memilih seorang calon, mungkin jawaban mereka adalah “lha mau milih siapa lagi, wong calonnya cuma itu-itu saja. Ya mungkin yang saya pilih itu baik.” Partai politik yang ingin menelurkan calon-calon pemimpin negeri ini selalu mempertimbangkan untung rugi apa yang nanti akan diterima setelah si calon menjabat. Jelas, kepentingan rakyat menjadi hal yang tidak begitu utama. Partai politik belum bisa mewakili rakyat yang memilihnya. Para anggota legislatif lebih mempertimbangkan uang sogokan dan kepentingan partai, dari pada kepentingan konstituennya.
Dalam sejarahnya, kinerja partai politik terbagus yang dimiliki oleh negeri ini adalah saat pemilu pertama dilakukan di Indonesia, yakni pada tahun 1955. Pemilu yang diikuti oleh sekitar 30an parpol ini dinilai sebagai pesta rakyat yang paling demokratis hingga mengusung nama Indonesia sebagai negara yang paling demokratis saat itu. Partai politik ketika itu merupakan wujud suara rakyat yang menginginkan perubahan keadaan negara menjadi lebih baik. Partai politik tidak disibukkan dengan aneka dana yang akan mereka terima ketika partai yang mereka inginkan telah terbentuk. Perkembangan selanjutnya di masa Soeharto, pilar-pilar demokrasi benar-benar dipasung termasuk juga dengan aktifitas partai politik. Ini juga yang menjadi alasan kenapa gerakan-gerakan perubahan menjadi kian lembek. Kita seperti anak singa yang dibesarkan di kawanan kambing. Tidak mengetahui seberapa besar kekuatan kita. Sudh terlalu lama dininabobokan oleh pemerintahan Soeharto.
Setelah itu sampai saat ini, partai politik belum bisa di andalkan dan belum representatif. Partai politik seharusnya melihat ke bawah. Karena basis mereka ada di bawah. Tapi sekarang, partai tidak melihat konstituennya. Partai politik hidup sendiri, tapi saat menjelang pemilu memberikan janji-janji yang terlupa lagi setelah berjaya dan calon-calon yang diajukannya terpilih kembali. Selama lima tahun mereka (partai politik) akan mati suri dan begitu selanjutnya seperti sebuah siklus air. Inilah yang terjadi di negeri ini karena bobroknya sistem yang ada. Banyak borok di sana-sini. Dalam konteks demokrasi, kondisi seperti ini jelas telah menyalahi arti dari demokrasi itu sendiri.
Partai politik di Indonesia sekarang memang telah mengalami pergeseran makna dan pergeseran kedudukan. Kalau dahulu, parpol merupakan sebuah lembaga untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, sekarang berganti menjadi ajang mencari uang dan penghidupan. Anggaran yang dikeluarkan negara untuk pembiayaan pembentukan partai politik dalam pemilu bahkan melebihi anggaran pendidikan yang hanya 12 %. Inilah yang mungkin menjadi hal yang menggiurkan bagi para pendiri partai politik. Sampai saat ini saja, tercatat sebanyak 87 partai politik telah mengajukan berkas permohonan pendaftaran pendirian pada Departemen Hukum dan HAM RI tahun 2004 dan 2007.
Tampuk kepemimpinan yang akan dijabat nantinya memang terasa lebih menggiurkan daripada amanah berat selanjutnya yang harus diusung dipundak para pemimpin kita. Yang penting, kekuasaan itu ada di tangan kita dulu. Setidaknya, seperti itu gambaran pola kepemimpinan di negara kita. Partai politik yang diharapkan akan membawa perubahan pun masih menghasilkan kinerja yang sama. Stagnan atau mungkin mandeg.
Dengan melihat perkembangan yang seperti sekarang ini, pantas jika kita menjadi bertanya-tanya adakah pemimpin yang kita idam-idamkan sedangkan sarana yang seharusnya mampu menawarkan orang-orang yang pantas menjadi pemimpin pun (partai politik) masih seperti itu saja kinerjanya. Rakyat Indonesia masih menunggu Sang Ratu Adil yang telah dinanti-nanti kedatangannya yang diramalkan akan datang memimpin negeri ini. Akankah sosok Ratu Adil ini merupakan salah satu tokoh yang akan ditawarkan oleh partai politik kita di tahun 2009 ini. Menjelang pemilu 2009 nanti tentu akan terdengar lagi gembar-gembor kampanye partai politik yang akan memberi kita mimpi-mimpi lagi tanpa kita ketahui akan ditepati. Karena itu adalah janji.

Pandangan, 9 Februari 2008

Hujan lagi…
Dulu,. Ketika aku masih kecil, kala hujan adalah saat-saat yang dinanti olehku dan oleh teman-teman sebayaku. Kami akan keluar dan bermain air hujan. Bahkan hujan sama sekali tidak akan mempengaruhi rencana kami untuk bermain seharian di luar. Tentu saja setelah kami mendpat ijin dari ibu bapak kami. Dan permintaan ijin itu telah mengalami proses yang sangat lama. Senyum mengembang ketika ijin telah diberikan. Atau bahkan, jika tidak mendapat ijin, kami akan tetap keluar dengan sembunyi-sembunyi. Mengendap-ngendap menunggu bapak ibu tertidur terlebih dahulu. Janji ketemu di tempat yang telah disepakati. Dan kami akan memulai petualangan kami. Bermain seharian dengan air hujan sebagai backgroundnya. Mungkin kami akan pulang dengan bibir biru dan tubuh kedinginan. Tapi jangan ditanya, karena kami tak akan jera dengan semua yang menimpa kami. Meski hujan, permainan harus dilanjutkan. The show must go on. Dunia anak-anak, adalah dunia terindah…..
Tapi sekarang berbeda. Ketika hujan datang, anak-anak seusiaku dulu langsung disuruh ibunya masuk rumah. Takut ada sesuatu yang buruk menimpa mereka. Mereka pun hanya akan menuruti ibu bapak mereka. Cuaca sekarang memang sangat tidak mendukung. Alam mungkin sudah enggan bersahabat dengan kami.
Ah…bagaimana dengan anak-anakku nanti. Bagaimana mereka akan mampu mengenal alam lebih dekat. Alam telah murka dengan manusia. Bencana hadir seperti ombak di pantai. Datang pergi, kemudian datang lagi di negeri ini. Cuma tawakal dan kesabaran yang dibutuhkan agar kami kemudian tidak menghujat Tuhan kami. Ini kan juga teguran Tuhan buat kami.

SEBUAH CINTA BERNAMA...........’KELUARGA’

Apa kabar cinta?
Baikkah? Kuharap selalu begitu...
Apa kabar keluarga? Baik pulakah...
Aku juga hanya bisa berdoa dan berharap, semoga ujian yang sedang melanda ini hanyalah sebuah riak kecil di samudra yang hanya mampu menggoyang sebentar bahtera kota. Karena dengan gelomang dan riak itu mungkin akan semakin mempercepat laju bahtera kita ke tujuannya. Semoga begitu...
Cinta...jemukah kau padaku?
Bosankah kau pada lakuku? Aku yang telah mendampingimu bertahun-tahun ini pasti tak semenarik dahulu. Tak secantik ketika kau ucapkan cinta pertama kalinya di suatu sore yang romantis itu. Badanku juga tak seperti dulu. Sekarang menggembung karena 3 permata hati kita pernah bersatu denganku. Tapi aku selalu tersenyum ketika kau dengan ucap tulus mengatakan ‘kau masih secantik dulu, cinta. Kau adalah bidadari itu yang tercipta untukku”. Kau membuatku tersipu, cinta...
Cinta....
Sapaan itu menjadi terasa akrab karena menjadi panggilan bagi kita masing-masing.
Cinta....
Jangan pernah bertanya karena aku begitu bangga ketika akulah wanita terpilih itu yang kau sunting menjadi bidadari di hidupmu. Menjadi wanita yang kau pilih untuk melahirkan manusia-manusia yang kita harapkan mampu menghiasi dan membangun dunia ini. Syukur dan airmata terurai ketika kau jabat erat tangan penghulu mengucap ijab qobul pernikahan kita. Dan sepenuh hati, janji juga terikat dihatiku untuk melayani dan menghormatimu sebagai suamiku...separo agamaku...

Sekarang...
Aku hanya bisa berdoa. Semoga aku juga yang akan dipilih nanti di surga yang akan mendampingimu dan mengalahkan bidadari-bidadari Allah yang lain.
Cinta....
Ujian ini, kita akan mampu menjalaninya bukan? Kau akan mendampingiku, kan? Karena aku tidak bisa berjuang sendiri untuk mempertahankan bahtera kita. Bisa oleng dan terbalik atau karam di tengah samudra
Kau akan di sini bukan?
Karena 3 permata hati kita sedang ikut berjuan di dalamnya. Aku tak ingin mereka ikut hancur bersma rapuhnya perekat bahtera ini.
Hatimu.....masih hati yang dulu aku kenal bukan??
Mengapa tak beri jawaban??!!

CLUSTER MASA LALU ITU DATANG........


Menawarkan cerita indah masa lalu....
Menawarkan cerita yang dulu sempat terhenti.,,,
Tapi aku bukan yang dulu.....


Telah ada di sini yang kuberi hati....
Yang telah memberi hati.,,
Kau datang di waktu yang tidak tepat...

TERLAMBAT,,,,...